Reporter: Yuliana Hema | Editor: Noverius Laoli
KONTAN. CO.ID - JAKARTA. Pelaksanaan penghimpunan dana di pasar modal diproyeksikan tetap positif pada 2024. Kendati begitu, otoritas bursa masih memasang target konservatif untuk tahun depan.
Ini tercermin dari target pencatatan efek di Bursa Efek Indonesia (BEI). BEI mengincar akan ada 230 pencatatan penerbitan efek seluruh instrumen sepanjang 2024 atau lebih tinggi 30 efek dari 2023.
Target penerbitan efek itu meliputi efek saham, obligasi korporasi baru, Exchange Traded Fund (ETF), Dana Investasi Real Estate (DIRE), Efek Beragun Aset (EBA), waran terstruktur dan lainnya.
Baca Juga: Siap IPO, Maja Agung Latexindo (SURI) Siap Sasar Pasar Eropa
Untuk pencatatan saham sendiri, BEI mencanangkan akan ada 62 perusahaan baru yang tercatat. Target itu hanya naik satu emiten baru dari 61 perusahaan di 2023.
Begitu pula dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang memasang target penghimpunan dana di pasar modal sama dengan tahun ini sebesar Rp 200 triliun.
Inarno Djajadi, Kepala Eksekutif Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK menyampaikan pihaknya tetap optimistis untuk tahun depan, tetapi OJK harus konservatif.
"Target penghimpunan dana tahun depan sama dengan 2023 di antara Rp 175 triliun sampai dengan Rp 200 triliun," jelas Inarno, Senin (4/12).
Inarno bilang target tersebut dipasang karena sejalan dengan proyeksi World Bank dan International Monetary Fund (IMF) yang merevisi pertumbuhan ekonomi global.
Ambil contoh, IMF memproyeksikan ekonomi global berada di angka 3% untuk tahun ini. Sementara pada 2024, ekonomi global berada di level 2,9%.
Tak hanya lembaga keuangan internasional, pemerintah Indonesia juga menurunkan sedikit target pertumbuhan dalam negeri dari 5,3% menjadi 5,2% pada tahun depan.
Baca Juga: IPO Tercuan di Dunia Tahun 2023, Dua Milik Prajogo Pangestu
Berdasarkan data per 30 November 202, OJK masih mengantongi 96 rencana penggalangan dana senilai Rp 41,11 triliun, 64 di antaranya merupakan rencana IPO senilai Rp 11,18 triliun.
Direktur Utama Kiwoom Sekuritas Indonesia Chang-kun Shin memproyeksikan kondisi ekonomi global yang lebih stabil pada 2024 akan mendorong aksi IPO lebih tinggi.
Menurutnya ketidakpastian pasar di 2024 akan mereda seiring dengan pelonggaran kebijakan moneter. Ini akan menjadi angin segar untuk IPO.
"Kondisi ekonomi global yang lebih stabil dapat mendorong aksi IPO lebih tinggi dibanding tahun ini, termasuk dari BUMN," jelas Shin kepada Kontan, Selasa (5/12).
Head of Research Mirae Asset Sekuritas Robertus Hardy menjelaskan meski suku bunga masih tinggi, tetapi masih ada peluang IPO untuk tetap tinggi.
Baca Juga: Anomali Saham NCKL, Sentimen dan Kinerja Mentereng tapi Harga Saham Masih Melempem
Dia menilai sebenarnya pasar Indonesia tidak membutuhkan jumlah IPO yang terlalu banyak karena dalam dua dan satu terakhir peralatan IPO sudah menggunung.
"Pasar butuh IPO yang berkualitas dengan market cap yang tinggi. Kalau secara kuantitas tidak ada dibatasi karena perizinan sudah dipermudah," ucap Robertus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News