Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah menguat pada awal pekan ini. Namun, investor masih wait and see dengan hasil pertuemuan FOMC dan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) membuat rupiah diperkirakan bergerak sideways.
Senin (16/6), kurs rupiah di pasar spot menguat 0,24% ke level Rp 16.265 per dolar Amerika Serikat (AS).
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, rupiah sempat melemah akibat kekhawatiran seputar eskalasi konflik di Timur Tengah. Namun, secara bertahap rupiah terus menguat hingga penutupan.
"Pembalikan arah dari rupiah disebabkan rilis data penjualan ritel China yang meningkat melebih perkiraan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (16/6).
Baca Juga: Rupiah Ditutup Menguat ke Rp 16.265 Per Dolar AS pada Hari Ini 16 Juni 2025
Josua memperkirakan, rupiah berpotensi bergerak sideways pada Selasa (17/6). Ini akibat dari investor yang menunggu hasil rapat dari RDG BI di Rabu (18/6) dan hasil dari FOMC meeting di hari Kamis (19/6).
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong berpandangan rupiah bisa saja didukung oleh sentimen risk on di pasar ekuitas. Namun, dukungan itu kemungkinan tidak terlalu bisa dipertahankan apabila eskalasi antara Israel dan Iran berlanjut.
Meski dolar AS terpantau lemah dengan beberapa kali gagal rebound, kata Lukman, investor juga masih akan wait and see. "Ditambah tidak ada ekonomi penting pada malam ini dan besok," sebutnya.
Lukman pun memperkirakan rupiah akan bergerak direntang Rp 16.200 - Rp 16.350 per dolar AS. Sementara Josua memproyeksikan rupiah dikisaran Rp 16.200 - Rp 16.300 per dolar AS.
Baca Juga: Kurs Rupiah Menguat ke Rp 16.265 Per Dolar AS, Senin (16/6) di Tengah Konflik Global
Selanjutnya: Produksi Minyak Capai 610.000 Bph, Optimistis Target Produksi Tahun Ini Tercapai?
Menarik Dibaca: Ini Cara Lunasi Cicilan Pinjaman Rp 10 Juta Setiap Bulanan dan Biaya Tersembunyi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News