Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah investor pasar saham dan reksadana melesat dalam setahun terakhir. Bahkan, dalam tiga bulan pertama tahun 2021, pertumbuhan jumlah investor pasar modal naik dua digit.
Artinya, banyak investor baru yang ada di Indonesia, baik itu yang sudah mengerti investasi atau yang sedang belajar berinvestasi. Tapi, pasar saham justru bergerak turun.
Sejak awal tahun, IHSG tercatat menguat 1,52%. Tapi dalam sebulan terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 3,10%, menurut data RTI.
Berpengalaman lebih dari 15 tahun di dunia pengelolaan investasi, Ari Adil, Chief Executive Officer UOB Asset Management Indonesia memilih reksadana sebagai instrumen utama dalam membangun portofolio investasinya. "Reksadana adalah produk investasi yang powerfull karena dikelola oleh ahlinya, yaitu manajer investasi," kata Ari.
Baca Juga: Kantongi izin dari OJK, IFG Life siap menerima polis Jiwasraya mulai Juni 2021
Selain itu, Ari menyukai instrumen reksadana karena bisa berinvestasi mulai dari modal awal yang sangat terjangkau. Dalam membangun portofolio melalui reksadana, Ari menerapkan strategi dollar cost averaging atawa strategi investasi secara rutin di setiap periode. Menurut Ari, strategi tersebut ampuh untuk memaksimalkan imbal hasil di reksadana.
Ari memberi tips bagi investor pemula. Cermati tips berikut ini:
1. Kenali Profil Risiko
Saat pertama kali ingin berinvestasi baiknya investor kenali dulu profil risiko masing-masing. Jika investor sudah mengetahui lebih dulu mengenai seluk beluk dunia investasi maka investor tersebut berkemungkinan memiliki profil risiko tinggi (agresif).
Sebaliknya, jika investor pemula dan tidak mengerti dunia investasi maka profil investasinya adalah moderat. "Profil risiko harus disesuaikan ini kunci dalam membangun portofolio investasi," kata Ari.
Baca Juga: Ini daftar 10 Manajer Investasi dengan dana kelolaan terbesar hingga kuartal I-2021
2. Tetapkan tujuan/jangka waktu investasi
Setelah mengetahui profil risiko investasi, investor bisa menetapkan tujuan investasi untuk jangka pendek, menengah atau panjang. Misalnya saja, Ari mengalokasikan 50% dana investasi di reksadana saham untuk keperluan dana dalam jangka panjang. Ari juga memiliki porsi 10% di saham guna keperluan jangka panjang.
Untuk memenuhi kebutuhan jangka menengah Ari mengalokasikan 20% di Surat Berharga Negara (SBN) ritel. Sementara, kebutuhan jangka pendek ia tempatkan 20% di reksadana pasar uang.
Baca Juga: Filosofi Perencanaan Keuangan dan Investasi