Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asing mulai masuk lagi ke pasar obligasi Indonesia. Momentum tersebut menciptakan spekulasi bahwa pasar surat utang domestik kembali bersinar.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) per 4 November 2022 menunjukkan total kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 715,60 triliun.
Padahal dana investor asing tercatat sebesar Rp 713,23 triliun pada 31 Oktober 2022. Artinya, ada kenaikan tipis 0,33% dalam rentang waktu tersebut.
Senior Vice President Head of Retail Product Research & Distribution Division Henan Putihrai (HP) Asset Management Reza Fahmi mengatakan, kondisi ini terjadi karena adanya penurunan imbal hasil atau yield.
Baca Juga: Ini Instrumen Investasi yang Layak Dilirik Saat Tren Kenaikan Suku Bunga Acuan
Di mana yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) meningkat menjadi 7,48% dari hari sebelumnya yang tercatat 7,44%.
Reza bilang, yield SBN Indonesia masih berpotensi meningkat ke depan. Salah satunya karena faktor kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) yang masih hawkish.
"Jadi SBN masih bisa menarik investor asing," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (7/11).
Reza menambahkan, kondisi tren kenaikan suku bunga seperti sekarang merupakan salah satu yang memengaruhi harga obligasi. Apabila suku bunga meningkat maka harga obligasi akan turun, begitu pula sebaliknya.
Dari sisi daya tarik, imbal hasil yang diberikan oleh obligasi korporasi masih cukup tinggi dibandingkan pemerintah. Namun kelebihan obligasi pemerintah ialah memberikan likuiditas yang cukup tinggi untuk para investor.
Baca Juga: Ini Penyebab Pasar Obligasi Domestik Kurang Bergairah di Tahun 2022
Yield obligasi korporasi berada pada rentang 7%-8,5% tergantung perusahaannya. Sedangkan, yield obligasi pemerintah di level 7,56%.
Adapun yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan bahwa harga obligasi yang sedang menguat.
Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana berpandangan bahwa terlalu dini untuk menilai apakah pasar obligasi sudah kembali diminati. Sebab, prospek obligasi masih sangat bergantung pada kenaikan suku bunga The Fed ataupun Bank Indonesia.
Asumsinya, jika suku bunga turun maka investor mendapatkan keuntungan ganda yakni dari potensi kenaikan harga dan dapat kupon lebih tinggi.
Namun, kalau suku bunga sedang naik seperti saat ini, investor hanya mendapatkan kupon tetapi harga obligasi akan cenderung turun.
Berdasarkan data PHEI per 7 November, harga obligasi pemerintah turun 0,37% sejak awal tahun atau year to date (ytd). Sedangkan, harga obligasi korporasi berhasil naik 3,93 secara ytd.
Baca Juga: Pekan Pertama November 2022, Arus Modal Asing Masuk Rp 900 Miliar
"Asing sebenarnya masih keluar dari pasar SBN. Mereka (investor asing) lebih memilih US Treasury," kata Wawan saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (7/11).
Di sisi lain, Yield US treasury tenor 10 tahun masih menarik mata investor dengan imbal hasil sekitar 4,16%. Ini menjadi yield tertinggi sejak 15 tahun terakhir.
Kendati demikian, Wawan menilai bahwa tekanan jual dalam pasar SBN justru dapat menjadi momentum masuknya investor karena harga obligasi bakal turun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News