Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana berpandangan bahwa terlalu dini untuk menilai apakah pasar obligasi sudah kembali diminati. Sebab, prospek obligasi masih sangat bergantung pada kenaikan suku bunga The Fed ataupun Bank Indonesia.
Asumsinya, jika suku bunga turun maka investor mendapatkan keuntungan ganda yakni dari potensi kenaikan harga dan dapat kupon lebih tinggi.
Namun, kalau suku bunga sedang naik seperti saat ini, investor hanya mendapatkan kupon tetapi harga obligasi akan cenderung turun.
Berdasarkan data PHEI per 7 November, harga obligasi pemerintah turun 0,37% sejak awal tahun atau year to date (ytd). Sedangkan, harga obligasi korporasi berhasil naik 3,93 secara ytd.
Baca Juga: Pekan Pertama November 2022, Arus Modal Asing Masuk Rp 900 Miliar
"Asing sebenarnya masih keluar dari pasar SBN. Mereka (investor asing) lebih memilih US Treasury," kata Wawan saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (7/11).
Di sisi lain, Yield US treasury tenor 10 tahun masih menarik mata investor dengan imbal hasil sekitar 4,16%. Ini menjadi yield tertinggi sejak 15 tahun terakhir.
Kendati demikian, Wawan menilai bahwa tekanan jual dalam pasar SBN justru dapat menjadi momentum masuknya investor karena harga obligasi bakal turun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News