Reporter: Inggit Yulis Tarigan | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asing mulai menunjukkan perubahan strategi dalam berinvestasi di pasar saham domestik.
Berdasarkan data RTI Finance, dalam lima hari perdagangan terakhir dari 14 April - 17 April 2025, saham-saham dari sektor tambang dan energi mendominasi daftar akumulasi asing bersama dengan saham perbankan seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang tetap masuk daftar lima besar saham paling banyak diborong asing.
Data menunjukkan saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Barito Pacific Tbk (BRPT), serta PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menjadi deretan emiten yang banyak diborong asing dalam sepekan terakhir.
Baca Juga: Saham Sektor Agribisnis Jadi Incaran Investor Asing di Pekan Lalu, Ini Penyebabnya
Technical Analyst Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova menilai rotasi ini didorong oleh kombinasi antara momentum harga komoditas dan peluang pertumbuhan kinerja emiten tambang.
“Kenaikan harga nikel dan emas global menjadi katalis utama karena membuka peluang peningkatan pendapatan dan margin bagi emiten tambang,” ujar Ivan pada Kontan, (21/4)
Ivan menyebut meskipun sektor perbankan masih memiliki fundamental yang solid, investor asing saat ini cenderung mencari sektor-sektor yang memiliki potensi upside lebih tinggi secara valuasi dan prospek jangka menengah.
“Investor asing mulai melakukan akumulasi secara perlahan di pasar Indonesia, dengan fokus pada sektor-sektor yang memiliki prospek pertumbuhan tinggi, seperti tambang dan telekomunikasi,” ujarnya.
Selain saham tambang dan energi, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) juga menarik perhatian asing. Emiten pelat merah ini baru saja merilis laporan keuangan tahun 2024 dan akan berencana menggelar RUPS pada Mei mendatang.
Baca Juga: Perang Dagang, Saham Konsumer Asia Jadi Pilihan Para Broker Asing
Analis Kiwoom Sekuritas, Miftahul Khaer menilai TLKM dilihat menarik karena kombinasi karakter defensif dan potensi pertumbuhan digital.
“TLKM menjadi incaran karena profil defensif dan ekspansi digital melalui anak usaha seperti Mitratel dan Indihome,” jelasnya.
Khaer juga menilai bahwa akumulasi asing di sektor komoditas mencerminkan respons strategis terhadap berbagai sentimen global yang sedang berkembang.
“Kami menilai akumulasi investor asing ke saham-saham komoditas seperti ANTM, INCO, AMMN, PGAS, dan BRPT mencerminkan respons strategis terhadap sentimen global. Meski begitu, kami kira ini hanya bersifat adjustment momentunal,” katanya.
Baca Juga: Dukungan Jaringan TLKM, Telkomsel Masih Jadi Pemimpin Industri Telekomunikasi
Khaer menambahkan bahwa harga emas dan nikel yang mencetak rekor tertinggi menjadi katalis utama karena berpotensi mendorong pendapatan dan margin emiten tambang. Selain itu, ekspektasi penurunan suku bunga acuan AS pada semester II-2025 turut memperkuat minat investor pada sektor yang sensitif terhadap suku bunga rendah.
“Tarif war yang cenderung melunak dalam beberapa hari terakhir juga cukup berperan dalam mengangkat sentimen,” ujarnya.
Khaer juga menyebutkan bahwa akumulasi yang terjadi bukan semata-mata reaksi teknikal jangka pendek, melainkan refleksi dari fundamental sektor-sektor yang dinilai tangguh menghadapi gejolak global.
“Dalam jangka panjang kami kira institusional masih akan memilih saham-saham yang lebih defensif, tapi saat ini mereka sedang memanfaatkan momentum komoditas,” pungkasnya.
Selanjutnya: Apple dan Meta Didenda Ratusan Juta Euro oleh Uni Eropa, Bakal Picu Kemarahan Trump?
Menarik Dibaca: Ramalan Zodiak Capricorn di Tahun 2025 Seputar Keuangan dan Karier
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News