Reporter: Inggit Yulis Tarigan | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah tren aksi jual (net sell) investor asing di Bursa Efek Indonesia (BEI), mulai muncul sinyal bahwa investor global kembali melirik saham-saham unggulan Tanah Air.
Net buy asing PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Rp 139,8 miliar, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Rp 215,4 miliar, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 145,5 miliar dalam lima hari terakhir.
Analis Trimegah Sekuritas Indonesia Kharel Devin Fielim menuturkan bahwa aksi beli asing memang belum masif, namun terlihat selektif.
Baca Juga: IHSG Menguat 1,43% Selasa (22/4), Analis Sebut Peluang Kenaikan Masih Terbuka
Investor global mulai mengakumulasi saham-saham berfundamental kuat dengan prospek jangka menengah yang menjanjikan.
“Mereka pilih-pilih. Saham seperti ANTM, TLKM, BBCA, hingga TAPG mulai masuk radar asing,” kata Kharel kepada Kontan, Selasa (22/4).
ANTM Diuntungkan Reli Harga Emas
Menurut Kharel, ANTM menjadi menarik karena diproyeksikan akan mendapat sentimen positif dari reli harga emas global.
Ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed dan potensi pelemahan dolar AS dinilai menjadi katalis kuat.
Baca Juga: IHSG Menguat 1,43%, Selasa (22/4), Analis Ini Sebut Lebih karena Rebound Teknikal
“Jika harga emas naik, ANTM akan jadi salah satu beneficiary utama,” ungkapnya.
Kharel mencatat konsensus pasar memproyeksikan laba bersih ANTM akan tumbuh menjadi Rp 4 triliun pada 2025, dari estimasi Rp 3,6 triliun pada 2024.
TLKM: Gabungan Buyback dan Dividen Tinggi
Saham TLKM juga masuk radar asing berkat kombinasi aksi buyback dan potensi dividen yang menarik.
Dengan estimasi dividend yield yang bisa tembus 7%, TLKM dinilai kompetitif dibandingkan instrumen pendapatan tetap.
“Dividen TLKM bisa mengalahkan imbal hasil obligasi. Ini cocok buat investor yang mengincar arus kas rutin,” jelas Kharel.
Baca Juga: IHSG Melesat, Cek Rekomendasi Teknikal MYOR, CPIN, dan CMRY untuk Rabu (22/4)
BBCA Jadi Saham Bank Paling Defensif
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai, BBCA sebagai pilihan utama di sektor perbankan, terutama di tengah ketatnya likuiditas industri.
“BBCA punya Loan to Deposit Ratio (LDR) hanya 80,6%—terendah di antara bank besar. Rasio dana murah (CASA) juga tertinggi, mencapai 82,4%. Ini membuat BBCA lebih tahan terhadap tekanan biaya dana,” ujar Nico.
Menurutnya, BBCA juga unggul karena minim konflik kepentingan serta memiliki basis nasabah yang kuat dan loyal.
“Di tengah isu seperti Koperasi Merah Putih dan masalah dana pihak ketiga, BBCA tampil lebih bersih dan solid,” lanjutnya.
Baca Juga: IHSG Ditutup Menguat 1,43% ke 6.538,27 di Hari Ini, MDKA, ADMR, SMGR Top Gainers LQ45
Meski pertumbuhan laba BBCA mungkin lebih konservatif dibandingkan bank lain, Nico menilai stabilitas dan rekam jejak kinerja yang konsisten menjadikannya pilihan ideal bagi investor jangka panjang.
“Selama BBCA masih di bawah Rp 9.000, ini menjadi momen menarik bagi investor asing untuk masuk,” pungkasnya.
Selanjutnya: Unicharm (UCID) Bidik Pertumbuhan 2 Digit di 2025, Andalkan Inovasi & Ekspansi Pasar
Menarik Dibaca: Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (23/4): Cerah hingga Diguyur Hujan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News