Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Reksadana Indonesia semakin diminati asing. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada pekan terakhir Maret 2014 menunjukkan porsi asing pada reksadana yang tercatat di PT Kustodian Sentral Efek (KSEI) mencapai Rp 1,32 triliun atau lebih besar ketimbang lokal yang sebesar Rp 639,9 miliar.
"Pada data KSEI, kepemilikan asing berada pada ETF ABF IBI fund dan premier ETF LQ-45. Dimana, porsi pada ETF ABF IBI fund cukup signifikan," ujar analis Infovesta Utama Viliawati, akhir pekan lalu. Kepemilikan asing di reksadana digenggam oleh investor institusi keuangan sekitar Rp 68 miliar. Sedangkan sisanya merupakan investor lainnya sekitar Rp 1,25 triliun.
Adapun kepemiikan lokal tersebar pada investor perusahaan asuransi sebesar Rp 290,7 miliar, investor dana pensiun sekitar Rp 217,4 miliar, investor yayasan sekitar Rp 23,9 miliar, serta investor lainnya sekitar Rp 5 miliar. Lalu, investor korporasi sekitar Rp 95,2 miliar, investor individual Rp 7, 2 miliar, dan sisanya perusahaan sekuritas sekitar Rp 400 juta.
Menurut Vilia, asing tertarik berinvestasi pada reksadana domestik karena tergiur return yang cukup menarik. Tingginya return reksadana Indonesia ditopang oleh pertumbuhan perekonomian domestik,stabilitas politik serta potensi pertumbuhan laba emiten yang cukup tinggi. "Sehingga relatif menarik dipertimbangkan sebagai salah satu bentuk diversifikasi investasi pada developing market atau negara berkembang," ujar Vilia.
Sedangkan untuk reksadana berbasis obligasi, kata Vilia, kupon yang ditawarkan juga relatif tinggi dibandingkan dengan tingkat suku bunga pada developed market. Hal itu menjadi salah satu poin plus bagi industri reksadana di Indonesia.
John Item, Direktur Utama Indopremier Investment Management (IPIM) mengakui banyak asing yang meminati exchange traded fund (ETF) kelolaannya. "Investor dari Asia dan Amerika mula tertarik, mulai mencari informasi terkait ETF di Indonesia," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News