Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Kinerja rupiah pada beberapa pekan terakhir masih dalam tren pelemahan. Lalu bagaimana hubungannya dengan kinerja reksadana berdenominasi dollar AS?
Direktur Pengembangan Bisnis Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Putut E. Andanawarih mengatakan, reksadana adalah instrumen investasi jangka panjang, sehingga keluar masuknya investor dalam reksadana ditentukan oleh kebutuhan si investor itu sendiri, bukan berdasarkan pada kondisi pasar saat ini.
Pada reksadana dollar AS, lanjut Putut, produk ini ditujukan bagi investor yang punya uang dollar AS dan juga punya kebutuhan dollar AS. “Misal mau menyekolahkan anak di luar negeri. Jadi bukan untuk investor yang kebutuhannya rupiah. Kalau seperti itu sama seperti investasi di forex,” ujar Putut.
Demikian, investor reksadana dollar AS tidak akan tergiur pada pelemahan rupiah sehingga bisa mendapat keuntungan dari pertukaran kurs USD/IDR setelah menukarkan dollar AS yang didapat dari penjualan kembali unit penyertaan reksadana dollar AS-nya.
MAMI sendiri saat ini mengelola dua reksadana berdenominasi dollar AS. Pertama, berjenis reksadana saham yakni Manulife Greater Indonesia Fund. Kedua berupa reksadana pendapatan tetap, Manulife USD Fixed Income.
Menurut Putut, saat ini tiga besar penempatan aset dasar Manulife Greater Indonesia Fund berupa sektor otomotif, perbankan dan konsumer. Sejak awal tahun 2014, produk ini telah memberi imbal hasil hingga 19,83% per 5 Juni 2014. Kinerja ini di atas kinerja IHSG dalam rentang waktu sama yang sebesar 16,95%.
Untuk memaksimalkan tingkat imbal hasil, produk ini juga berinvestasi pada efek saham di kawasan Asia Tenggara. “Porsinya berubah-ubah. Tapi kita sesuai aturan, maksimal 15% dari dana kelolaan,” tambah Putut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News