kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investasi saham dianggap jadi pilihan menarik di tengah ancaman resesi, asal...


Rabu, 02 September 2020 / 20:08 WIB
Investasi saham dianggap jadi pilihan menarik di tengah ancaman resesi, asal...
ILUSTRASI. Ekonomi yang terancam resesi justru jadi peluang untuk melirik instrumen investasi saham yang sudah terdiskon banyak.


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jadi instrumen investasi yang turun paling dalam sepanjang 2020, saham justru bisa jadi pilihan utama bagi investor jangka panjang. Ekonomi yang terancam resesi justru jadi peluang untuk melirik instrumen investasi saham yang sudah terdiskon banyak. 

Perencana keuangan Finansia Consulting Eko Endarto mengatakan, selama tujuan investasinya untuk jangka panjang, situasi yang terjadi saat ini merupakan salah satu siklus yang seharusnya sudah biasa dilalui. Mundur ke belakang, Eko mengingatkan pada 1998, 2008, dan 2013 pasar keuangan Tanah Air sempat ditimpa krisis. "Jadi seharusnya kondisi ini adalah bagian dari kebiasaan ekonomi saja," kata Eko kepada Kontan.co.id, Rabu (2/9).

Baca Juga: CEO Jouska menjawab soal dugaan pencucian uang, ini katanya

Dia juga mengingatkan bahwa setelah tertekan, kondisi ekonomi akan kembali naik lagi. Pada saat itu terjadi, pertumbuhan investasi juga akan naik, termasuk instrumen investasi seperti saham dan reksadana saham. 

Untuk itu, selama tujuan investasinya adalah jangka panjang, serta ditujukan untuk cadangan tambahan penghasilan, investasi saat ekonomi tertekan bisa tetap dilakukan. "Asalkan, dana cadangan plus penghasilan enggak terganggu. Menurut saya tetap saja konsentrasi di investasi, dan penurunan sementara anggap saja sebagai siklus," tambah Eko.

Bagi investor yang masih memiliki dana lebih, Eko menilai sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengumpulkan saham. Logikanya, semua yang turun akan kembali naik, dan uang naik akan turun. "Kalau berpikir untuk jangka panjang, maka saham atau reksadana saham tetap sebagai alternatif yang baik," ungkap dia. 

Baca Juga: Perusahaan global mulai gencar lakukan investasi

Investor dengan profil agresif bisa menempatkan 10% dananya pada instrumen seperti deposito atau pasar uang, 30% pada reksadana pendapatan tetap atau emas. Sedangkan sisanya yakni 70% bisa ditempatkan pada reksadana saham atau saham.

Sebagai pilihan, investor bisa melirik saham blue chips yang sudah terdiskon. Adapun sektor yang menarik dan dianggap cukup tangguh saat resesi adalah sektor barang konsumsi dan sebagian sektor infrastruktur. Sektor perbankan juga bisa jadi pilihan bagi investor saham di jangka panjang.

Di sisi lain, untuk investor moderat disarankan untuk mengalokasikan 10% asetnya ke deposito, 45% ke obligasi atau reksadana pendapatan tetap atau emas, dan 45% lainnya pada saham atau reksadana saham.

Baca Juga: Warren Buffett borong saham di lima perusahaan Jepang senilai US$ 6 miliar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×