Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek investasi di reksadana pada tahun 2024 akan tetap positif. Hal ini terlihat dari target pertumbuhan dana kelolaan alias asset under management (AUM) sejumlah manajer investasi.
Presiden Direktur Samuel Aset Manajemen Agus B. Yanuar mengatakan, pihaknya menargetkan kenaikan AUM sekitar 15% pada tahun depan, dari AUM Samuel Aset Manajemen saat ini yang sebesar Rp 14,4 triliun. Pertumbuhan tersebut akan tercipta dari imbal hasil produk, peluncuran produk-produk baru, serta penambahan jumlah investor.
Menurut Agus, ada dua katalis positif utama yang akan mendorong kenaikan AUM reksadana tahun depan. "Pertama adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif dan kedua adalah aktivitas politik yang membantu daya beli masyarakat melalui dana-dana bantuan dari pelaku politik," tutur Agus di Jakarta Selatan, Rabu (20/12).
Baca Juga: Dana Kelola Industri Reksadana Diprediksi Naik 15% Tahun Depan
Agus menyampaikan, AUM tersebut didominasi oleh produk-produk yang terkait dengan saham, baik dalam bentuk reksadana saham, reksadana campuran yang portofolionya dominan di saham, maupun kontrak pengelolaan dana (KPD). Porsinya mencapai 60% dari total AUM Samuel Aset Manajemen.
Porsi terbesar kedua diisi oleh produk reksadana pendapatan tetap (RDPT) maupun RDPT yang berinvestasi langsung ke jalan tol dan lembaga keuangan, yakni sebesar 35%. Porsi terkecil adalah reksadana pasar uang yang hanya sebesar 5% dari total AUM.
Agus meyakini, pasar saham masih akan memberikan return yang memadai pada tahun 2024. Ia memprediksi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di akhir tahun 2023 akan berada di level 7.250 lalu akan naik ke 7.600 pada tahun 2024.
Untuk produk-produk yang terkait saham, Samuel Aset Manajemen memilih saham-saham dari sektor yang prospektif. Dari sektor itu, pihaknya akan memilih saham-saham terbaik.
Baca Juga: Manajer Investasi Optimistis Dana Kelolaan Reksadana Tumbuh 15% Tahun Depan
"Kami menargetkan imbal hasil yang lebih tinggi dari indeks. Oleh sebab itu, kami hanya berinvestasi di winning sector dan winning stock," ungkap Agus.
Agus memprediksi, produk-produk Samuel Aset Manajemen yang berkaitan dengan saham akan menghasilkan return 8%-10% pada 2024, sementara tahun 2023 rata-ratanya sebesar 8%. Sektor yang prospektif tahun depan adalah perbankan, kesehatan, barang konsumsi terutama makanan, retail, transportasi, telekomunikasi, serta minyak dan gas.
Sektor perbankan dinilai sebagai saham defensif di tengah kondisi ekonomi yang belum menentu seperti saat ini. Saham barang konsumsi, retail, dan telekomunikasi akan terbantu peningkatan daya beli dan aktivitas politik.
Transportasi bakal didorong oleh meningkatnya mobilitas. Sementara itu, minyak dan gas akan dipengaruhi konflik geopolitik di Timur Tengah serta Rusia-Ukraina. Apalagi belanja modal sektor energi belum benar-benar pulih sehingga permintaannya kemungkinan akan lebih tinggi dari pasokan.
Baca Juga: Dana Kelolaan AUM Bank Mandiri (BMRI) Tembus Rp130 Triliun per November 2023
Sementara itu, Bahana TCW Investment Management menargetkan AUM perusahaan pada tahun 2024 dapat tumbuh 10% dibanding tahun 2023. Per November 2023, Bahana TCW mencatatkan AUM reksadana sebesar Rp 44,29 triliun, tidak termasuk produk reksadana penyertaan terbatas (RDPT) dan kontrak pengelolaan dana (KPD).
Direktur Bahana TCW Investment Management Danica Adhitama memproyeksi, kontributor pertumbuhan AUM tersebut relatif berimbang antara reksadana saham, campuran, pendapatan tetap, dan pasar uang.
Secara makroekonomi, Danica melihat kondisi suku bunga acuan global dan domestik akan menjadi faktor penting di tahun depan. Level suku bunga yang saat ini relatif berada pada puncaknya membuat reksadana pasar uang masih menarik karena berdampak pada depo rate yang juga tinggi.
Reksadana pendapatan tetap juga tengah dalam momentum, menyusul ketidakpastian global dan domestik yang mulai mereda. "Ke depan reksadana pendapatan tetap menjadi salah satu kelas aset menarik di tengah pemangkasan suku bunga dan penurunan inflasi. Penurunan yield kemungkinan berlanjut namun relatif terbatas," ucap Danica saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (22/12).
Tak ketinggalan, reksadana saham juga masih memiliki potensi di tengah pengetatan kebijakan moneter global yang telah mencapai puncaknya. Waktu yang pas untuk masuk adalah di saat selesainya rally pasar obligasi dan selesainya pelonggaran kebijakan moneter yang diperkirakan terjadi di paruh kedua 2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News