kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.924   6,00   0,04%
  • IDX 7.177   36,16   0,51%
  • KOMPAS100 1.104   8,89   0,81%
  • LQ45 875   9,22   1,06%
  • ISSI 220   0,53   0,24%
  • IDX30 447   4,78   1,08%
  • IDXHIDIV20 539   4,07   0,76%
  • IDX80 127   1,18   0,94%
  • IDXV30 134   0,38   0,29%
  • IDXQ30 149   1,18   0,80%

Investasi mempertimbangkan ESG mulai menjadi perhatian, berikut dampaknya


Jumat, 15 Oktober 2021 / 20:56 WIB
Investasi mempertimbangkan ESG mulai menjadi perhatian, berikut dampaknya
ILUSTRASI. Pekerja melintas dengan latar belakang layar pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/hp.


Reporter: Kenia Intan | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berinvestasi mempertimbangkan aspek Environmental, Social, and Governance (ESG) kian menjadi perhatian. Walaupun penerapannya di Indonesia masih tergolong minim, investasi dengan fokus ESG diprediksi akan terus berkembang ke depan. 

Direktur dan Kepala Riset Indonesia untuk Riset dan Analisis Investasi PT Citigroup Sekuritas Indonesia Ferry Wong mencermati, aspek ESG dalam berinvestasi kini mulai diimplementasikan oleh pihak sell side maupun buy side di berbagai negara.

"Mula-mula dari Eropa, lalu Amerika, kemudian ke Asia termasuk Indonesia sudah memulainya," jelas Ferry di acara ESG Investing & Market Outlook dalam Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2021 yang digelar secara virtual, Jumat (15/10). 
Menurutnya saat ini, investasi berbasis ESG diterapkan oleh 50% investor asing. Adapun untuk investor institusi domestik sekitar 30% hingga 40% yang telah mengimplementasikannya. 

Semakin menguatnya kesadaran akan pentingnya ESG, diproyeksi akan memicu pergeseran struktur ekspor dalam jangka panjang. Ini tidak terlepas dari dekarbonisasi yang mulai diterapkan oleh pemerintah Indonesia. 

Baca Juga: Green index masih melorot sejak awal tahun, ini faktor pemberatnya

Ekspor yang semula bergantung pada Crude Palm Oil (CPO) dan batubara, nantinya akan lebih terdiversifikasi atau beralih ke produk-produk yang lebih sustain.

Oleh karenanya, bagi emiten yang tidak memperhatikan aspek ESG dalam menjalankan perusahaannya, bukan tidak mungkin akan ditinggalkan oleh investor nantinya. Ini mulai tampak pada kepemilikan asing yang terus menurun dalam saham sektor tertentu yang dinilai kurang ramah ESG. 

Sebenarnya, ini bukan berarti saham-saham yang kerap dinilai tidak sustain seperti CPO dan batubara benar-benar kehilangan investornya. Sebab, investor masih bisa melirik saham-saham itu selama memiliki scoring atau penilaian ESG yang tinggi. Misalnya saja, investor masih bisa masuk ke emiten-emiten CPO yang mengantongi sertifikasi Roundtable for Sustainable Palm Oil (RSPO). 

Director, Head of Marketing and Product Development PT BNP Paribas Asset Management Maya Kamdani menambahkan, invetasi berkelanjutkan sudah menjadi topik utama di negara-negara maju.

Survei BNP Paribas Asset Management Global menujukkan, investasi berbasis ESG semakin menjadi pertimbangan saat ini karena masyarakat mulai merasakan dampak dari perubahan iklim. Di sisi lain, adanya perubahan consumer behavior, serta pandemi Covid-19 yang mendorong masyarakat semakin mempertimbangkan aspek sosial.

Maya tidak memungkiri, saat ini investasi mempertimbangkan ESG memang lebih diperhatikan oleh investor institusi. Akan tetapi, ia mulai melihat adanya arah investor ritel memperhatikan aspek-aspek tersebut dalam berinvestasi, khususnya investor ritel milenial. Walau memang, kesadaran tersebut memerlukan waktu yang panjang.

Ferry menambahkan, berinvestasi mempertimbangkan ESG memiliki peluang untuk terus bertumbuh ke depannya. Hal ini terdorong komitmen pemerintah yang diwujudkan dalam sustainable roadmap yang sudah diterapkan sejak tahun 2014. Selain itu, terdapat indeks di bursa yang bakal menuntun dan mempermudahkan investor untuk berinvesatsi pada saham-saham dengan nilai ESG yang baik.

Sekadar informasi, di bursa terdapat dua indeks hijau yakni IDX ESG Leaders (IDXESGL) dan SRI-KEHATI. 

IDXESGL merupakan indeks yang mengukur kinerja harga dari saham-saham yang memiliki penilaian ESG yang baik dan tidak terlibat pada kontroversi secara signifikan serta memiliki likuiditas transaksi serta kinerja keuangan yang baik. Penilaian ESG dan analisis kontroversi dilakukan oleh Sustainalytics.

Sementara itu, SRI-KEHATI adalah Indeks yang mengukur kinerja harga saham dari 25 perusahaan tercatat yang memiliki kinerja yang baik dalam mendorong usaha-usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan hidup, sosial, dan tata kelola perusahaan yang baik atau disebut Sustainable and Responsible Investment (SRI). Indeks SRI-KEHATI diluncurkan dan dikelola bekerja sama dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Yayasan KEHATI).

Sejak awal tahun atau year to date (ytd) pergerakan indeks keduanya cenderung menguat. Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), IDXESGL naik 0,90% ytd dan SRI-KEHATI terkerek lebih tinggi 3,21% ytd. 

Baca Juga: Ingin Perangi Perubahan Iklim, Jepang Investasikan Cadangan Devisa di Obligasi Hijau

Mencermati hal ini, Analis Phillip Sekuritas Indonesia Helen mengungkapkan, konstituen dua indeks itu didominasi oleh saham-saham blue chip. Oleh karenanya, terkereknya saham-saham blue chips dalam dua minggu terakhir berdampak signifikan pada menghijaunya dua indeks tersebut. Adapun ke depannya, Helen melihat dua IDXESGL dan SRI-KEHATI ini akan memiliki prospek yang baik. 

"Penilaian ESG dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap bisnis perusahaan," jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (15/10).

Hal serupa juga sempat diungkapkan Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana beberapa waktu lalu. Ia memprediksi IDXESGL dan SRI-KEHATI bisa ditutup di zona hijau tahun ini. Alasannya, saham-saham big caps  yang mendominasi dua indeks itu menggeliat dalam beberapa waktu terakhir. 

Adapun menguatnya saham-saham jumbo ini terdorong  sentimen perbaikan ekonomi seiring pulihnya pandemi Covid-19. Ia pun memperkirakan, IDXESGL dan SRI-KEHATI akan bergerak menguat selama kondisi ini terus berlanjut. Asal tahu saja, padahal perdagangan Senin (11/10), dua indeks itu masih ditutup di zona merah. Tarcatat, SRI-KEHATI dan IDXESGL melorot masing-masing 0,85% ytd dan 2,61% ytd. 

Selanjutnya: Pembiayaan Hijau Bank Bakal Semakin Deras

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×