kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,58   -2,96   -0.33%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investasi emas paling bersinar di kuartal I 2020, bagaimana prospeknya ke depan?


Selasa, 31 Maret 2020 / 23:21 WIB
Investasi emas paling bersinar di kuartal I 2020, bagaimana prospeknya ke depan?
ILUSTRASI. Petugas memperlihatkan emas logam mulia di Jakarta, Kamis (12/3). Harga emas batangan bersertifikat Antam keluaran Logam Mulia PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) kembali turun pada Kamis (12/3). Harga pecahan satu gram emas Antam berada di Rp 831.000. Harga emas


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Di tengah ketidakpastian ekonomi global, investasi emas menjadi yang paling bersinar dan mendapat cuan selama kuartal I 2020. Emas bahkan diprediksi bakal terus berkilau ke depan bila ketidakpastian ekonomi akibat wabah virus corona terus berlanjut ke depannya.

Mengutip Bloomberg, harga emas spot yang diperdagangkan di commodity exchange (comex) naik 7,4%. Kenaikan tersebut disusul meningkatnya harga beli emas PT Aneka Tambang (Antam) sebanyak 21,26% dan harga buyback naik 22,71%.

Baca Juga: Kinerja Indika Energy (INDY) tahun 2019 turun, begini saran analis

Adapun untuk valas seperti pasangan EUR/GBP mengutip data Bloomberg naik sebanyak 5,78% dan USD/JPY turun 0,78% sepanjang kuartal pertama 2020. Sedangkan untuk pasangan USD/IDR tercatat naik hingga 17,82%.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menjelaskan instrumen saham jadi yang paling tertekan, bahkan sebelum Covid-19 menyebar di awal tahun.

"Saham sudah bermasalah sejak akhir 2019 karena ada saham-saham gorengan yang terjerat di kasus Jiwasraya, Asabri dan lainnya," jelas Ramdhan kepada Kontan, Selasa (31/3).

Baca Juga: Banyak bencana di awal 2020 justru bisa jadi peluang untuk meracik investasi

Dia menjelaskan, kondisi pasar saham Tanah Air sudah lebih dulu tertekan karena hadirnya kasus Jiwasraya. Kondisi tersebut, kemudian merambat ke industri reksadana pada umumnya dan menjadikan industri ikut bermasalah.

Alhasil, kehadiran Covid-19 semakin memperparah IHSG untuk bsa segera pulih di tengah tingginya ketidakpastian.

Untuk instrumen obligasi, Ramdhan menilai sepanjang kuartal I-2020 kinerja cenderung masih positif. Bahkan di awal tahun yield terus menguat ke kisaran 6,5% dan membuat cost of fund (CoF) semakin menyempi. Selin itu, minat investor di pasar obligasi awal tahun cenderung positif, dengan kontribusi asing mencapai 38%-39%.

"Hanya saja, sebulan terakhir terjadi tekanan tinggi pada industri obligasi karena asing lakukan aksi jual melebihi Rp 100 triliun dan membuat SUN tertekan diiktui obligasi korporasi," ujarnya.

Sementara untuk valas, pergerakannya cenderung mengukit prospek pasar obligasi. Bagi investor yang tertarik melirik instrumen valas, dianjurkan untuk memilih mata uang dari negara-negara besar seperti USD, EUR dan SGD.

Baca Juga: Harga emas spot masih tertekan di US$ 1.610,59 per ons troi

Dengan begitu, Ramdhan mengakui emas jadi instrumen investasi yang paling berkilau sepanjang tiga bulan pertama tahun ini. Kilaunya diyakini masih akan bersinar jika kondisi ketidakpastian berlanjut, khususnya terkait sebaran Covid-19.

Investor juga masih diperkenankan untuk melirik emas, meskipun harga emas sudah rally terlalu banyak.

Di sisi lain, jika sebaran covid-19 berakhir dan kondisi pasar keuangan kembali pulih, Ramdhan cenderung merekomendasikan investor agar melirik obligasi, terutama Surat Utang Negara (SUN).

Baca Juga: Ini sejumlah sektor industri yang jadi andalan ekspansi kredit perbankan

Meskipun di jangka panjang prospek saham dianggap cukup menarik, namun volatilitasnya dinilai masih cukup tinggi saat ini.

"Obligasi sepertinya akan recovery lebih dulu, karena saham masih punya banyak masalah, terutama yang terkait saham gorengan," ungkapnya.

Adapun pergerakan IHSG beberapa hari terkahir yang mulai menghijau dianggap hanya sementara sebagai dampak dari aksi buy back saham. Untuk itu, ke depan Ramdhan lebih merekomendasikan melirik obligasi dengan tenor benchmark, terutama tenor jangka pendek karena volatilitas ke depan masih akan tinggi. "Cash is Teh King juga masih jadi pilihan," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×