kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.405.000   -9.000   -0,64%
  • USD/IDR 15.370
  • IDX 7.722   40,80   0,53%
  • KOMPAS100 1.176   5,28   0,45%
  • LQ45 950   6,41   0,68%
  • ISSI 225   0,01   0,00%
  • IDX30 481   2,75   0,57%
  • IDXHIDIV20 584   2,72   0,47%
  • IDX80 133   0,62   0,47%
  • IDXV30 138   -1,18   -0,84%
  • IDXQ30 161   0,48   0,30%

Intip reksadana Pinnacle Strategic Equity Fund


Senin, 17 Juli 2017 / 23:23 WIB
Intip reksadana Pinnacle Strategic Equity Fund


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Manajer investasi kerap melakukan strategi pemilihan saham berdasarkan sektor untuk mengisi portofolio reksadana saham. Namun, Pinnacle Investment memiliki strategi pemilihan saham yang berbeda dengan menerapkan strategi "Factor-Based Investing Strategy" pada reksadananya yang bertajuk Pinnacle Strategic Equity Fund.

Guntur Putra, President & Chief Executive Officer (CEO) Pinnacle Investment mengatakan strategi ini merupakan terobosan inovasi baru dalam penerapan strategi investasi di Indonesia. "Pinnacle Investment menjadi pelopor dalam penerapan strategi factor based investing," kata Guntur.

Dalam memilih saham, Guntur menjelaskan tidak melihat berdasarkan sektor. " Kami memilih saham dari kacamata "faktor", bukan sektor strategi ini menerapkan gabungan pendekatan kuantitatif dan fundamental," jelas Guntur.

Salah satu faktor yang menjadi acuan adalah momentum, value, quality, dan volatility. "Kami fokus terhadap faktor (driver of return) yang telah teruji secara historis untuk menghasilkan alpha," kata Guntur. Dengan strategi ini Guntur mengatakan manajemen risiko jadi sangat terukur dan terjaga.

Komposisi aset reksadana ini terdiri dari 92% saham dan 8% isntrumen pasar uang atau obligasi jangka pendek. Mayorita saham yang mengisi portofolio reksadana ini adalah sekitar 80% saham Large Cap yang ada di LQ45.

Alasannya, reksadana ini mengedepankan faktor likuiditas dengan fokus pada saham yang berkapitalisasi besar sehingga memiliki kinerja lebih stabil dan konsisten secara jangka panjang.

Guntur juga tidak terlalu aktif dalam melakukan trading karena berusaha meminimalisir slippage atau transaction cost yang menurutnya tinggi di Indonesia. "Kami lebih menerapkan strategi jangka panjang, bukan strategi jangka pendek yang umum di terapkan reksadana berbasis saham lainnya," kata Guntur.

Kemudian, pemilihan saham juga dipilih dari saham Mid/Small Cap unggulan yang likuiditasnya terjaga. Lima saham unggulan reksadana ini adalah Bank Negara Indonesia (BBNI), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Gudang Garam (GGRM), Telekomunikasi Indonesia (TLKM), dan United Tractors (UNTR).

Berdasarkan data Fund Fact Sheet per Juni 2017, reksadana ini menempatkan paling besar asetnya di sektor keuangan sebesar 33,14%. Selanjutnya, sebesar 24,01% ditempatkan pada saham di sektor consumer goods dan 9,52% pada saham di sektor infrastruktur. Ada pun sektor yang juga dipilih adalah mining, trade, aneka industri, basic industry, dan property.




TERBARU

[X]
×