kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Intip Rekomendasi Saham Sektor Barang Konsumsi yang Punya Valuasi Murah


Senin, 04 Juli 2022 / 07:55 WIB
Intip Rekomendasi Saham Sektor Barang Konsumsi yang Punya Valuasi Murah
ILUSTRASI. Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) menjadi salah satu top picks untuk saham sektor barang konsumsi yang memiliki valuasi murah


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks LQ45 menjadi salah satu indeks yang berkinerja cukup apik sepanjang tahun ini. Indeks yang berisikan 45 saham-saham paling likuid ini tercatat menguat 4,61% sejak awal tahun atau secara year-to-date (ytd).

Penguatan ini seiring dengan menguatnya sejumlah saham penghuni indeks LQ45 sejak awal tahun. Misalkan, saham-saham berbasis komoditas seperti PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Sejak awal tahun, saham-saham ini sudah naik hingga double digit.

Secara fundamental, Head of Business Development FAC Sekuritas Kenji Putera Tjahaja menilai, saham-saham tambang big cap saat ini memang sudah overvalued. Ini karena saham-saham berbasis tambang sudah mengalami kenaikan tinggi, baik dari segi saham maupun harga komoditasnya. Sehingga, potensi kenaikan saham-saham ini terbatas.

Namun, saham dengan valuasi yang murah masih bisa ditemukan di sektor barang konsumsi, salah satunya seperti PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang dinilai Kenji masih undervalued.

Asal tahu, saham produsen mi instan merek Indomie ini sudah naik 7,47% sejak awal tahun. Namun secara valuasi, saham ICBP cukup tergolong undervalued.

Baca Juga: Simak Deretan Saham LQ45 yang Masih Undervalued, Mana yang Menarik?

Sebab, jika membandingkan  rata-rata kinerjanya secara 5 tahunan, price to earning-ratio (PER) ICBP masih sebesar 14,04 kali. Angka ini di bawah rata-rate 5 tahunan di 22,52 kali. Price to Book Value (PBV) ICBP juga masih tergolong wajar, yakni di 3,01 kali alias di bawah rata-rata 5 tahunan di 4,51 kali.

ICBP juga masih punya sentimen yang positif. “Sentimennya dimana harga komoditas gandum yang sudah mulai turun cukup signifikan sejak 18 Mei 2022, sehingga akan mengurangi beban cost lagi per 2022,” terang Kenji kepada Kontan.co.id, Minggu (3/7). Dus, mengingat sifatnya yang merupakan defensive stock, Kenji menjadikan ICBP sebagai top picks.

Sementara itu, analis MNC Sekuritas Raka Junico Widyarman meningkatkan rating sektor barang konsumsi non siklikal menjadi overweight dari sebelumnya netral. Menurut Raka, saham-saham consumer seperti ICBP dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) masih punya potensi upside, namun terbatas secara persentase.

Raka menyematkan rekomendasi beli saham INDF dengan target harga Rp 7.850 beli saham ICBP dengan target harga Rp 9.800.

 

Untuk ICBP misalnya, Raka menilai merk “Indomie” memiliki kekuatan pricing yang kuat. Ini mendukung kenaikan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) untuk mengimbangi kenaikan bahan baku. Namun, terlepas dari adanya kenaikan ASP, dia meyakini volume penjualan akan tetap solid tahun ini.

Sebab, terdapat tiga faktor yang menyokong penjualan Indomie, yakni adanya kekuatan menentukan harga (pricing power) yang kuat, jejak bisnis yang solid, serta pangsa pasar (market price) yang tinggi.

Di sisi lain, Raka menilai valuasi PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) saat ini sudah cukup premium. Dus, dia menyematkan rekomendasi hold saham ini.

Tingginya harga minyak dunia yang masih berada di atas US$ 100 per barel akan berdampak terhadap kinerja UNVR.  Kenaikan harga minyak dunia punya eksposur terhadap segmen home and personal care (HPC) milik UNVR. Selain itu, produk es krim UNVR juga berkaitan dengan komoditas skim milk powder yang masih tinggi.

Secara keseluruhan, Raka menyebut risiko yang menyelimuti sektor konsumer saat ini masih datang dari tingginya harga komoditas lunak (soft commodities), walaupun diproyeksikan harga komoditas lunak akan cenderung menurun ke depan.

“Hanya saja, yang bisa menjadi katalis pendorong salah satunya refocusing anggaran pemerintah untuk subsidi dan bantuan sosial (bansos), agar daya beli masyarakat masih terjaga,” terang Raka, Minggu (3/7).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×