Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten transportasi dan logistik tercatat masih lemah. Namun, kinerjanya kemungkinan bisa dikerek Ramadan dan Lebaran, meskipun tidak signifikan.
Melansir laman BEI, hari ini kinerja IDX Sector Transportation and Logistic turun 0,73% dan sudah turun 2,32% secara year to date (YTD). Padahal, ada ekspektasi peningkatan kinerja emiten di kuartal IV 2023 yang terbantu oleh mobilitas di masa liburan akhir tahun.
Research Analyst Phintraco Sekuritas Aditya Prayoga melihat, penurunan kinerja IDX Sector Transportation & Logistic (Translog) memang memunculkan pertanyaan tentang penyebabnya. Hal ini mengingat adanya ekspektasi positif terhadap kinerja para emiten di kuartal IV 2023 yang didukung momentum liburan Natal dan Tahun Baru.
Namun, faktanya, terdapat beberapa faktor yang berkontribusi terhadap penurunan kinerja sektor translog. Salah satunya adalah kenaikan suku bunga pada kuartal IV 2023 ke level 6% pada bulan Oktober 2023, dari sebelumnya 5.75% di bulan September 2023.
Baca Juga: Simak Kinerja Emiten Transportasi dan Logistik Jelang Ramadan
“Kenaikan ini berdampak signifikan pada sektor translog, karena berpotensi meningkatkan cost of service. Akibatnya, dampak positif liburan akhir tahun tidak terlalu signifikan dan tekanan terhadap profitabilitas sektor ini tetap terjadi,” ujarnya kepada Kontan, Senin (4/3).
Selain kenaikan suku bunga dan dampaknya terhadap biaya layanan, perlambatan ekonomi global juga merupakan faktor penting yang berkontribusi terhadap penurunan kinerja emiten di sektor transportasi dan logistik.
Perlambatan ekonomi global, khususnya di negara-negara mitra dagang utama seperti China, memiliki efek berantai yang signifikan. Misalnya, saat China mengalami deflasi atau penurunan konsumsi, permintaan terhadap ekspor dari China juga mengalami penurunan.
Hal ini berdampak pada mitra dagang China, yaitu Indonesia, yang mengalami penurunan dalam ekspor dan perdagangan.
“Sebagai negara yang terhubung melalui jalur laut, sektor translog jadi penyambung antarnegara. Sehingga, penurunan aktivitas perdagangan global secara langsung mempengaruhi kinerja emiten sektor ini,” paparnya.
Meskipun begitu, masih ada sedikit harapan untuk sektor translog dalam meningkatkan kinerja di tahun ini. Secara historis, momentum Ramadan dan Lebaran menciptakan peningkatan signifikan dalam volume pengiriman barang.
Baca Juga: Jasa Marga (JSMR) Kantongi Laba Rp 6,79 Triliun pada 2023, Simak Rekomendasi Analis
Hal ini didorong oleh meningkatnya konsumsi masyarakat dan tradisi mudik yang memicu lonjakan permintaan mobilitas transportasi. Selain itu, permintaan yang tinggi memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk menaikkan tarif pengiriman, yang bisa meningkatkan profitabilitas.
“Meskipun biaya operasional, seperti bahan bakar dan gaji karyawan cenderung naik, namun peningkatan tarif pengiriman saat musim Lebaran diperkirakan mampu menutupi biaya-biaya tambahan tersebut,” ungkapnya.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan tetap solid di tahun ini memberikan dorongan positif bagi sektor transportasi dan logistik. Dengan ekonomi yang kuat, permintaan akan layanan transportasi dan logistik cenderung meningkat, karena aktivitas perdagangan yang lebih intensif.
Selain itu, pasar juga menantikan keputusan The Fed terkait pemangkasan suku bunga. Mengutip dari CMEFedWatch Tool, probabilitas pemangkasan suku bunga pada semester I tahun 2024 bisa mencapai 54,3%. Hal tersebut menciptakan optimisme di pasar.
Jika pemangkasan tersebut benar terjadi, hal ini dapat memicu peningkatan aktivitas ekonomi secara keseluruhan. Hal ini kemudian akan berdampak positif pada permintaan layanan transportasi dan logistik.
“Namun, ketegangan geopolitik yang terus berlanjut masih membawa risiko bagi sektor ini. Gangguan dalam jalur transportasi dan ketidakpastian atas stabilitas harga minyak dapat mengganggu operasi logistik dan merugikan perusahaan-perusahaan di sektor translog,” tuturnya.
Menurut Aditya, BIRD masih menjadi salah satu emiten yang menarik untuk dicermati. Secara analisis teknikal, saham BIRD terlihat sedang dalam fase konsolidasi yang tertahan pada level psikologis Rp 1.700 per saham.
“Indikator Stochastic RSI menunjukkan kondisi oversold, mengisyaratkan potensi pembalikan harga. Sehingga, masih berpotensi menguat menuju Rp 1.825 per saham, dengan stop loss jika kurang dari Rp 1.670 per saham,” ujarnya.
Aditya pun merekomendasikan buy untuk BIRD. Dengan menggunakan metode relative valuation dengan pendekatan price to book value (PBV), maka diperoleh potensi fair value BIRD di level Rp 1.950 per saham alias naik 13,58%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News