kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Intip Rekomendasi Saham Aneka Tambang (ANTM) yang Fokus Hilirisasi Nikel


Selasa, 23 Januari 2024 / 20:41 WIB
Intip Rekomendasi Saham Aneka Tambang (ANTM) yang Fokus Hilirisasi Nikel
ILUSTRASI. Aneka Tambang (ANTM) telah menyelesaikan serangkaian transaksi sebagai bagian dari pengembangan ekosistem baterai EV.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) merampungkan sejumlah divestasi saham kepada Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd. (CBL), melalui anak perusahaannya Hongkong CBL Limited (HKCBL). Divestasi dilakukan ANTM sebagai bagian dari kelanjutan pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).

Analis Mandiri Sekuritas Ariyanto Kurniawan dan Vanessa Taslim mengatakan, ANTM telah menyelesaikan divestasi 49% saham anak perusahaannya, PT Sumberdaya Arindo (SDA) dan 60% saham Feni Haltim (FHT) kepada HKCBL di akhir tahun 2023 lalu.

Selain itu, ANTM juga telah membentuk joint venture (JV) dengan porsi kepemilikan sebesar 30% saham, bersama HKCBL untuk mengembangkan pengolahan Hidrometalurgi (HPAL). Kedua pihak turut berencana untuk membentuk lebih banyak kemitraan di masa mendatang.

“ANTM telah menyelesaikan serangkaian transaksi sebagai bagian dari pengembangan ekosistem baterai EV secara end-to-end di Indonesia,” ungkap Ariyanto dan Vanessa dalam riset 3 Januari 2024.

Baca Juga: Soal Operasional Kembali Blok Mandiodo, Ini Penjelasan Dirut Antam (ANTM)

Ariyanto memaparkan, ANTM telah menjual 49% saham Sumberdaya Arindo (SDA) seharga US$416,5 juta atau setara Rp 6,4 triliun kepada HKCBL. Berdasarkan laporan tahunan 2022, SDA memiliki 199,1 juta wmt cadangan nikel dan 280,3 juta wmt sumber daya.

Dengan demikian, transaksi tersebut diterjemahkan menjadi sebesar US$ 4,3 per ton cadangan dan sebesar US$ 3,0 per ton sumber daya. Harga ini lebih mahal dibandingkan dengan US$ 0,78 per ton sumber daya ketika HRUM mengakuisisi 51% saham di PT Position, sumber daya sebesar US$ 0,15 per ton ketika NCKL mengakuisisi 29% saham kepemilikan di tambang GPS, dan sumber daya sebesar US$ 0,01 per ton ketika NCKL mengakuisisi 99% saham di tambang GTS.

Ariyanto menjelaskan, pengembangan pertambangan SDA yang lebih maju, lewat proyek brownfield dengan produksi 1,3 juta tpa, adalah alasan utama harganya yang premium.  Jika dibandingkan NCKL dan HRUM, pertambangannya masih merupakan proyek greenfield yang membutuhkan modal pengeluaran lebih besar untuk mengembangkan tambang mereka yang meliputi biaya infrastruktur, dan lain-lain.

Selain itu, transaksi tersebut juga mencakup hak kontinjensi yaitu menerima pembayaran apabila terdapat tambahan cadangan di wilayah pertambangan SDA dalam jangka waktu 36 bulan sejak transaksi tanggal penyelesaian. Adapun keuntungan sebesar Rp 5,8 triliun dari transaksi SDA ini akan dimasukkan ke dalam ekuitas, dimana ANTM tetap menjadi pemegang saham pengendali SDA.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham ANTM, INCO, hingga MBMA di Tengah Tekanan Harga Nikel

Ariyanto melanjutkan, ANTM juga telah menjual 60% saham FHT (Feni Haltim) kepada HKCBL seharga Rp 681 miliar. Ini termasuk divestasi 10% saham kepemilikan ANTM di FHT dan divestasi seluruh 50% saham milik IMC.

Setelah transaksi, FHT akan dibentuk Joint Venture Companies (JVCO) untuk melaksanakan seluruh proyek FHT. ANTM akan membukukan keuntungan sebesar Rp 599,3 miliar atas pelepasan FHT pada tahun ini.

Selain divestasi saham SDA dan FHT, ANTM dan HKCBL juga telah menandatangani perjanjian terkait dengan pendirian perusahaan untuk proyek Hidrometalurgi (HPAL). Ruang lingkup transaksinya mencakup komposisi kepemilikan saham perjanjian tersebut, dimana ANTM akan memegang 30% kepemilikan HPAL JVCO, sedangkan HKCBL akan mengakuisisi sisa kepemilikannya. Dengan perjanjian komposisi saham ini, ANTM akan menyuntikkan modal Rp 3 miliar ke HPAL JVCO.
Terakhir, ANTM melalui anak perusahaannya yaitu Indonesia Battery Corporation (IBC) dengan kepemilikan 25%, HKCBL, dan SGCBL akan mendirikan JVCO Bahan Baterai, JVCO Sel Baterai, dan JVCO Daur Ulang Baterai. Masing-masing JVCO akan memiliki modal yang disuntik Rp 3 miliar.

IBC akan memegang 30% kepemilikan di JVCO Material Baterai dan JVCO Sel Baterai, dan juga 40% di JVCO Daur Ulang Baterai. HKCBL akan memiliki 70% dan 60% masing-masing dari Material Baterai JVCO dan JVCO Daur Ulang Baterai, sedangkan SGCBL hanya akan terlibat dalam JVCO Sel Baterai dengan kepemilikan 70%.

Dengan berbagai langkah ANTM tersebut, Ariyanto menyematkan rekomendasi buy untuk ANTM dengan target harga Rp 2.200 per saham. Per Selasa (23/1), ANTM ditutup pada posisi Rp 1.610 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×