kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.914   16,00   0,10%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Intip Prospek Kinerja BRPT, TPIA, hingga BREN dari Grup Barito


Rabu, 27 September 2023 / 07:00 WIB
Intip Prospek Kinerja BRPT, TPIA, hingga BREN dari Grup Barito


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) akan kedatangan satu perusahaan Grup Barito yang menyandang status perusahaan terbuka (emiten). Adalah PT Barito Renewables Energy yang berencana melakukan initial public offering (IPO). Hadirnya Barito Renewables Energy di lantai bursa bisa menjadi angin segar bagi konglomerasi Barito Group.

Perusahaan yang nantinya menggunakan kode saham BREN ini melepas sebanyak-banyaknya Rp 4,5 miliar saham atau setara 3,35% dari modal disetor dan ditempatkan setelah IPO.

BREN memasang kisaran harga penawaran awal atau bookbuilding di rentang Rp 670 sampai Rp 780 per saham. Masa penawaran awal sudah berakhir kemarin (25/9). Namun BREN belum mengumumkan harga penawaran IPO.

Dari aksi korporasi ini, BREN berpotensi meraup dana segar mencapai Rp 3,7 triliun, yang seluruhnya akan didistribusikan ke anak-anak perusahaannya. Dana tersebut akan digunakan oleh anak-anak Perusahaan BREN untuk membayar utang.

Baca Juga: Pendapatan Mitratel (MTEL) Diproyeksi Tumbuh 13%, Simak Rekomendasi Sahamnya

Dalam riset yang dipublikasikan Selasa (19/9), Tim Riset Samuel Sekuritas Indonesia menilai, valuasi BREN saat ini berada di rentang 16 kali  sampai 18 kali  EV/EBITDA. Valuasi ini dinilai cukup masuk akal, mengingat posisi BREN sebagai salah satu operator panas bumi (geothermal) terbesar di dunia.

Dengan asumsi EBITDA 2024 sebesar US$ 510 juta (berdasarkan kapasitas terpasang saat ini), Samuel Sekuritas memperkirakan nilai perusahaan BREN akan mencapai sekitar US$ 8,7 miliar, dengan nilai kapitalisasi pasar sekitar US$ 6,0 miliar. Hal ini tentunya akan menguntungkan BRPT sebagai pemegang saham mayoritas BREN.

Adapun Barito Renewables Energy merupakan anak usaha dari PT Barito Pacific Tbk (BRPT), yang merupakan emiten terafiliasi dengan taipan Prajogo Pangestu.

BRPT tercatat mengempit 86,51 miliar saham BREN atau setara 66,67%. Setelah IPO, persentase kepemilikan BRPT di BREN akan menurun menjadi 64,43% dengan jumlah kepemilikan saham tetap 86,51 miliar

Dengan harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) sebesar US$ 6 sen sampai US$ 7 sen per kWh (uap) dan US$ 9 sen sampai US$ 10 sen per kWh (listrik), Samuel Sekuritas memperkirakan BREN akan menghasilkan pendapatan sebesar US$ 643 juta  pada 2024 yang berkontribusi terhadap 22,5% dari pendapatan BRPT. BREN diperkirakan menghasilkan EBITDA sebesar US$ 503 juta yang akan menyumbang 68% dari total EBITDA BRPT pada 2024.

Pada paruh pertama tahun 2023, energi geothermal menyumbang 22% pendapatan dan 72% EBITDA BRPT, yang menunjukkan potensi besar sektor energi geothermal, yang juga menawarkan margin keuntungan yang lebih baik dibandingkan petrokimia.

“Kami menilai IPO saham BREN akan menjadi sentimen positif untuk BRPT,” tulis tim riset Samuel Sekuritas, Selasa (19/9).

Prospek positif Grup Barito juga datang dari anak usahanya yang bergerak di bisnis petrokimia, yakni PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA). Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia Robertus Yanuar Hardy menilai, TPIA memiliki banyak ruang tumbuh seiring tingkat konsumsi Polyethylene dan Polypropylene per kapita Indonesia yang masih rendah.

Baca Juga: Dianggap Masih Prospektif, Cek Rekomendasi Saham ISAT dari Sejumlah Analis Ini

Menurut Robertus, permintaan Polyethylene dan Polypropylene di Indonesia diperkirakan akan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan majemuk alias compounded annual growth rate (CAGR) masing-masing sebesar 4,6% dan 4% hingga tahun 2035.

Proyeksi ini melampaui tingkat pertumbuhan permintaan global yang masing-masing sebesar 2,9% dan 3,0%. Sebab, kedua bahan kimia ini sangat vital untuk produksi sejumlah produk seperti film plastik, wadah, botol, kantong plastik, pengemasan, serat & filamen, mainan, dan suku cadang otomotif.

“TPIA sebagai pemimpin produk petrokimia di Indonesia diekspektasikan mendapat manfaat dari membaiknya prospek makro dan industri,’ kata Robertus kepada Kontan.co.id, Selasa (26/9).

Senada, Tim Riset Samuel Sekuritas juga menilai, membaiknya kinerja segmen petrokimia menjadi faktor yang mendorong prospek BRPT. Bisnis TPIA didukung melebarnya selisih (spread) harga jual polyolefins, yang turut menaikkan kontribusi segmen ini terhadap EBITDA Barito Pacific.

 

Dan dalam jangka panjang, posisi Chandra Asri Petrochemical  sebagai market leader industri petrokimia Indonesia, serta perbaikan ekonomi global (terutama China) akan terus mendukung kinerja segmen kimia ke depan.

Di samping itu, BRPT juga akan menambah lini bisnis kimia baru, dengan membangun pabrik caustic soda berkapasitas 400.000 ton per tahun serta ethylene dichloride (EDC) berkapasitas 500.000 ton per tahun, serta pabrik kedua Chandra Asri Petrochemical (CAP2) yang akan melipatgandakan kapasitas pabriknya hingga 2 kali lipat.

Harga kompak menguat

Saham-saham emiten Grup Barito berkinerja cukup baik di tengah pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang moderat. BRPT misalnya, menguat 19,56%, TPIA menguat 18,35%, dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) menguat 25,86% dalam sebulan perdagangan.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menilai, secara teknikal, dalam time frame (jangka waktu) yang besar, ketiga saham tersebut memang sedang berada pada fase uptrend.

Namun demikian, investor dapat mencermati pada time frame yang lebih kecil. Sebab, Herditya mencermati dari sisi indicator, pergerakan ketiga saham ini akan terkoreksi cukup dalam terlebih dahulu. Dus, investor bisa mempertimbangkan untuk melakukan buy on weakness (BoW).

Samuel Sekuritas memberikan rating buy untuk BRPT dengan target harga sebesar Rp 1.590 per saham. Sementara itu, Mirae Asset Sekuritas belum memberikan rekomendasi terhadap saham TPIA. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×