Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang 2017 kinerja pasar saham berhasil unggul memberikan imbal hasil tinggi dibanding instrumen investasi yang berbasis surat utang atau obligasi.
Sejak awal tahun hingga, Kamis (28/12) kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah menanjak 19,21% di level 6.314. Sementara Indonesia Composite Bond Index (ICBI) dalam periode yang sama, hanya berkinerja 16,37% di level 242,31.
Bayu Pahleza, Fund Manager OSO Manajemen menyebut, ada beberapa sentimen yang mendongkrak kinerja pasar saham di sepanjang 2017. Pertama, inflasi dan suku bunga rendah. Kedua, harga komoditas terutama batu bara tinggi. Ketiga, nilai tukar rupiah stabil.
Namun, Bayu melihat kenaikan IHSG dalam beberapa hari belakangan lebih disebabkan yield obligasi Indonesia yang turun cukup signifikan. "Hal tersebut membuat market bereaksi dengan menaikkan forward P/E yang langsung berdampak terhadap rally IHSG," kata Bayu, Jumat (29/12).
Bahkan, di sesi I perdagangan Jumat (29/12) IHSG kembali cetak rekor baru di level 6.363. Menurut Bayu, momentum naiknya pertumbuhan IHSG sejalan ketika di akhir tahun banyak emiten yang melakukan window dressing.
Bayu memproyeksikan dana asing bakal ramai masuk ke pasar saham domestik jika ROE emiten meningkat. "Untuk saat ini kamu masih belum bisa menjawab kapan pastinya foreign inflow itu terjadi, karena hal tersebut erat kaitannya dengan laporan keunagan untuk buku tahun 2017," kata Bayu.
Untuk 2018, Bayu optimis IHSG dan instrumen investasi utamanya, yaitu saham akan outperform. "Penyebabnya adalah dengan turunnya yield obligasi Indonesia akan berdampak langsung terhadap forward P/E multiples IHSG," kata Bayu.
Meski kinerja masih dibawah IHSG, instrumen investasi berbasis obligasi juga mencatatkan pertumbuhan positif bila dibanding kinerja 2016. I Made Adi Saputra Analis Fixed Income MNC Sekuritas mengatakan indeks obligasi pemerintah dan korporasi di 2017 tumbuh 16,5% dan 14,24% secara year to date (ytd). Kinerja tersebut lebih tinggi dari pencapaian kinerja obligasi pemerintah dan koporasi di 2016 yang hanya sebesar 13,93% dan 12,62%.
Made mengatakan, sentimen yang mendorong kinerja obligasi cukup cemerlang adalah perolehan peningkatan rating dari S&P. Teranyar, surat utang Indonesia mendapat kenaikan peringkat dari BBB- menjadi BBB oleh Fitch Ratings. "Kenaikan rating implikasinya lansung positif ke pasar surat utang negara," kata Made, Kamis (28/12). Selain itu, faktor stabilnya inflasi dan penurunan suku bunga ke level rendah juga mendukung obligasi berkinerja positif di 2017.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News