Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan kepemilikan surat berharga negara (SBN) oleh institusi keuangan non bank (IKNB) tahun ini diperkirakan bakal melambat. Maklum, sebagian besar institusi telah memenuhi ketentuan investasi minimal di SBN.
Sepanjang tahun lalu, IKNB gencar melakukan investasi di SBN karena berusaha memenuhi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 1/POJK.05/2016 tentang Investasi SBN bagi IKNB. Dalam peraturan ini IKNB setidaknya wajib memiliki porsi 30% investasi di SBN.
Wajar jika pertumbuhan kepemilikan IKNB pada SBN naik signifikan tahun lalu. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, kepemilikan SBN oleh reksadana tumbuh 21,41% secara year on year (yoy), menjadi sebesar Rp 104 triliun.
Peningkatan paling signifikan dibukukan institusi dana pensiun. Kepemilikan dana pensiun di SBN naik 126,92% menjadi Rp 198,06 triliun dari Rp 87,26 triliun di 2016.
Namun tahun ini, menurut I Made Adi Saputra, analis Fixed Income MNC Sekuritas, pertumbuhan kepemilkan SBN oleh reksadana, dana pensiun, maupun asuransi tidak akan agresif. Alasannya, mayoritas institusi tersebut telah memenuhi kewajibannya di akhir 2017.
Untuk tahun ini, institusi tersebut hanya akan menjaga porsi kewajibannya sesuai dengan pertumbuhan dana kelolaan atau aset mereka. "Portofolio tumbuh, porsi harus dijaga 30%, jadi ada pertumbuhan tapi tidak signifikan," kata Made.
Asuransi turun
Berbeda dengan institusi reksadana dan dana pensiun, asuransi mencatatkan penurunan kepemilikan SBN tahun lalu. Kepemilikan asuransi turun sekitar 36,70% menjadi sebesar Rp 150,80 triliun dari Rp 238,24 triliun.
Analis Obligasi BNI Sekuritas Ariawan menilai, penurunan ini terjadi karena asuransi melakukan rebalancing portofolio. "Mungkin para institusi asuransi sudah memenuhi kewajiban investasi 20%–30% di SBN sejak 2016 jadi ada rebalancing dari SUN ke obligasi korporasi," kata Ariawan.
Kendati begitu, Ariawan mengatakan secara umum porsi investasi asuransi masih akan besar pada surat utang, daripada instrumen investasi lainnya, seperti saham atau deposito.
Hingga Rabu (18/1) porsi asuransi di SBN sejak awal tahun ini masih turun sebesar 1,79% menjadi Rp 148,10 triliun. Jika penurunan ini berlanjut, Made menduga beberapa asuransi tengah melakukan profit taking.
Namun, asuransi akan kembali masuk SBN sambil mencari momentum yang tepat atau saat harga mulai naik dibanding akhir 2017. Maklum, IKNB mengejar yield tinggi agar bisa memberikan imbal hasil pada nasabah. Tahun ini, Ariawan memperkirakan kepemilikan SBN oleh IKNB akan tumbuh 15%–20%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News