Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja emiten properti diproyeksikan tersengat sentimen positif dari perpanjangan insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Ditanggung Pemerintah (DTP) 100% untuk hunian di bawah Rp 2 miliar.
Asal tahu saja, Pemerintah melanjutkan PPN DTP 100% untuk rumah Rp 2 miliar di tahun 2026. Pagu insentif Rp 3,4 triliun dan ditargetkan ke 40.000 unit rumah komersial.
Sebelum diumumkan secara resmi, rencana ini sudah disampaikan dalam Konferensi Pers rancangan APBN 2026 pada Agustus lalu.
Terkait hal ini, PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) pun menyampaikan respons positif terkait perpanjangan insentif PPN DTP.
Baca Juga: Emiten Properti Terpapar Rumah Bersubsidi
Lilia Setiprawarti Sukotjo, Direktur PT Alam Sutera Realty Tbk mengatakan, insentif ini memang ditunggu-tunggu oleh pasar lantaran memberikan potongan hingga 11% kepada para pembeli.
Per hari ini, perseroan juga masih memiliki sejumlah stok hunian siap huni yang bisa diikutsertakan dalam program tersebut.
“Kami harapkan tentu saja sistem untuk pendaftaran PPN DTP ini bisa lebih diperlancar. Itu akan membantu sekali,” ujarnya dalam Pubex Live 2025, Selasa (9/9/2025) lalu.
Analis Kanaka Hita Solvera, Andhika Cipta Labora, menjelaskan, perpanjangan PPN DTP 100% di tahun 2026 menjadi sentimen positif untuk sektor properti. Apalagi, hal ini diputuskan bersamaan dengan Bank Indonesia (BI) yang juga menurunkan suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 4,75% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) September 2025.
“Ini akan membuat masyarakat tertarik untuk memiliki tempat tinggal, karena suku bunga turun dan ada insentif PPNDTP 100% dari pemerintah,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (25/9/2025).
Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan, insentif Rp 3,4 triliun ini untuk 40.000 unit rumah komersial akan menguntungkan developer segmen menengah, terutama CTRA, BSDE, SMRA, dan PWON. Sementara, PANI lebih ke sentimen tematik.
Baca Juga: Emiten Properti Merespons Positif Penurunan Suku Bunga, Cek Rekomendasi Saham Berikut
“Konsumsi masyarakat memang belum sepenuhnya pulih, tapi kombinasi subsidi pajak dan bunga KPR yang lebih rendah biasanya cukup mendorong konversi penjualan,” ungkapnya.
Prospek dan Rekomendasi
Indeks IDX Properties & Real Estate naik 22,64% sejak awal tahun alias year to date (YTD). Sebagai perbandingan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 13,57% YTD.
Liza melihat, kenaikan indeks IDX Properties & Real Estate sekitar xxx% YtD banyak ditopang oleh narasi pemangkasan suku bunga acuan, balik arah harga saham sejumlah emiten, dan aksi korporasi.
“Kontributor utamanya antara lain BSDE, CTRA, SMRA, PWON, serta PANI yang sering jadi pusat perhatian lewat aksi korporasi besar,” katanya.
Secara keseluruhan, 2026 berpotensi jadi tahun kebangkitan moderat sektor properti. Selain insentif pajak dan suku bunga, program 3 Juta rumah di 2026 dengan anggaran Rp 57,5 triliun juga jadi faktor pendukung permintaan.
“Jika bank komersial konsisten menurunkan bunga KPR, tahun depan bisa jadi momentum normalisasi penjualan,” ungkapnya.
Segmen yang paling diuntungkan adalah hunian landed menengah di penyangga kota besar. Sementara, recurring income seperti mal dan perkantoran grade-A tetap menjadi tameng siklus.
“CTRA dan BSDE cocok untuk dikoleksi pro-siklus, serta PWON dan SMRA lebih defensif lewat recurring income. Sementara, PANI lebih ke momentum proyek besar,” katanya.
Baca Juga: Emiten Properti Nantikan Dampak Penurunan Suku Bunga ke KPR
Andhika melihat, penopang kinerja indeks sejak awal tahun adalah BSDE, MPRO, dan BKSL. Melansir RTI, saham BSDE sudah naik xxxx
Kinerja emiten properti di tahun 2026 juga akan lebih baik karena dua kebijakan lain dari pemerintah. Pertama, pemerintah yang menelurkan kebijakan stimulus ekonomi 8+4+5 untuk mengejar pertumbuhan ekonomi.
“Kebijakan ini diharapkan bisa memulihkan daya beli masyarakat menjadi sentimen positif untuk sektor properti,” ungkapnya.
Kedua, Kementrian Keuangan yang mendukung program 3 juta rumah dengan memberikan kredit kepada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) berupa individu/perseorangan atau badan usaha.
“Yang akan unggul di tahun 2026 adalah asset hunian karena program 3 juta rumah,” paparnya.
Andhika pun merekomendasikan buy on weakness untuk SMRA dengan target harga Rp 496 per saham dan beli untuk BSDE dengan target harga Rp 1.160 per saham.
Selanjutnya: Performa Jeblok, Cek Rekomendasi Saham LQ45 yang Masih Menarik
Menarik Dibaca: Ramalan Zodiak Karier & Keuangan Besok Jumat 26 September 2025, Banyak Tantangan!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News