kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.171.000   -3.000   -0,14%
  • USD/IDR 16.770   45,00   0,27%
  • IDX 8.041   -85,89   -1,06%
  • KOMPAS100 1.115   -15,24   -1,35%
  • LQ45 796   -13,08   -1,62%
  • ISSI 280   -3,76   -1,33%
  • IDX30 418   -6,67   -1,57%
  • IDXHIDIV20 480   -5,99   -1,23%
  • IDX80 122   -1,69   -1,37%
  • IDXV30 134   0,38   0,28%
  • IDXQ30 132   -1,76   -1,31%

Performa Jeblok, Cek Rekomendasi Saham LQ45 yang Masih Menarik


Kamis, 25 September 2025 / 19:37 WIB
Performa Jeblok, Cek Rekomendasi Saham LQ45 yang Masih Menarik
ILUSTRASI. Performa indeks LQ45 masih kalah jauh dibandingkan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak awal tahun 2025.


Reporter: Rashif Usman | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham-saham berkapitalisasi besar atau big caps penghuni indeks LQ45 masih nyaman bergerak di zona merah. Bahkan, performa indeks LQ45 masih kalah jauh dibandingkan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak awal tahun 2025.

Berdasarkan data statistik bursa Kamis (25/9), indeks LQ45 melemah 3,74% secara year to date (ytd). Sementara IHSG sudah melaju hingga 13,57% ytd.

Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) David Kurniawan mengatakan, pelemahan LQ45 dipengaruhi oleh saham big caps di sektor perbankan, konsumsi dan komoditas yang cenderung bergerak sideways atau tertekan sepanjang tahun.

Tekanan tersebut dipicu aksi profit taking investor asing, margin yang tergerus tingginya biaya dana, serta tekanan global mulai dari harga batu bara, nikel hingga minyak sawit atau crude palm oil (CPO).

Sebaliknya, pergerakan IHSG justru ditopang reli saham-saham second liner dan new economy. Kenaikan ini banyak dipicu spekulasi investor ritel serta sentimen sektoral.

Baca Juga: IHSG Melemah 1,06% ke 8.040 pada Kamis (25/9/2025), MDKA, ANTM, BRPT Top Losers LQ45

VP Equity Retail Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi menilai, saham di LQ45 masih tertahan karena bobot terbesarnya ada di sektor keuangan, yang pergerakan sahamnya masih menghadapi tekanan.

"Sementara, penguatan IHSG belakangan ini lebih banyak digerakkan oleh saham-saham konglomerasi," kata Audi kepada Kontan, Kamis (25/9/2025).

Kenaikan IHSG tersebut juga tercermin pada kinerja keuangan emiten terkait serta dinamika rebalancing indeks global, seperti MSCI dan FTSE.

Adapun Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan menerangkan, lemahnya performa LQ45 dibandingkan IHSG saat ini disebabkan dua hal utama. Pertama, aksi net sell investor asing yang masih terus berlanjut.

Tekanan ini dipicu berbagai faktor seperti kekhawatiran terhadap arah kebijakan fiskal, pelemahan nilai tukar rupiah, serta kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya membaik. 

Kedua, pergerakan IHSG saat ini lebih banyak didorong oleh saham-saham lapis dua dan emiten konglomerasi yang mayoritas berada di luar konstituen LQ45. Katalis yang mendorong sektor-sektor tersebut antara lain aksi korporasi dan sentimen sektoral seperti energi, hilirisasi, EBT, dan konstruksi.

Peluang Rebound

Ekky mengungkapkan peluang saham-saham LQ45 untuk rebound hingga akhir tahun masih cukup terbuka. Penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI), suntikan likuiditas ke sektor perbankan, serta potensi stabilisasi kebijakan fiskal dari pemerintah bisa menjadi katalis positif yang mendorong kinerja saham-saham berkapitalisasi besar.

"Jika ke depan mulai terlihat pertumbuhan kredit yang membaik dan stabilitas rupiah terjaga, investor institusi kemungkinan akan kembali mengakumulasi saham-saham LQ45, apalagi menjelang periode window dressing dan rilis laporan keuangan kuartal III," ucap Ekky kepada Kontan, Kamis (25/9/2025).

Baca Juga: IHSG Turun 1,06% ke 8.040,66, Net Sell Asing Rp 1 Triliun Hari Ini (25/9)

David mengemukakan pandangan serupa. Ia menilai, peluang penurunan suku bunga dapat menjadi katalis positif karena mampu mengurangi beban sektor perbankan maupun konsumer. 

"Selain itu, ada peluang aliran dana asing balik masuk ke big caps setelah valuasi relatif murah dibandingkan peers regional," ujar David, Kamis (25/9).

Audi menambahkan saham LQ45 memiliki outlook stabil hingga positif didorong oleh sentimen pelonggaran kebijakan moneter serta perbaikan kinerja keuangan khususnya di kuartal III dan kuartal IV tahun 2025.

Diantara saham LQ45, Audi merekomendasikan buy saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) di target harga masing-masing Rp 9.000 dan Rp 4.250 per saham.

Ia juga menyarankan trading buy saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dengan target harga masing-masing Rp 3.450 dan Rp 490 per saham.

Adapun David menyarankan buy saham BBRI, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dengan target harga sebesar Rp 4.700, Rp 7.100 dan Rp 3.700 per saham.

Selanjutnya: Respons Rusia, Turki Kerahkan Pesawat Peringatan ke Lituania

Menarik Dibaca: Ramalan Zodiak Karier & Keuangan Besok Jumat 26 September 2025, Banyak Tantangan!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×