Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Khomarul Hidayat
Setali tiga uang, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) menilai insentif PPN DTP mampu meningkatkan daya beli aset properti. Alhasil, kebijakan ini mampu memicu membaiknya penjualan hunian SMRA.
Corporate Secretary Summarecon Agung Jemmy Kusnadi mengatakan, pencapaian penjualan SMRA dari PPN DTP per 31 Mei 2024 adalah sebesar Rp 1,3 triliun.
Menurut hitungan SMRA, potensi pendapatan yang bisa dikantongi SMRA dari aset yang ikut serta insentif PPN DTP sekitar Rp 2 triliun hingga akhir tahun 2024.
“Sampai Desember 2024, kami masih ada stok siap huni sekitar Rp 700 miliar – Rp 1 triliun untuk kami ikut sertakan dalam penjualan dengan fasilitas PPN DTP,” ujarnya dalam paparan publik RUPST SMRA Tahun Buku 2023, Kamis (20/6).
Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas, Vicky Rosalinda melihat, insentif PPN DTP memberikan dampak positif terhadap kinerja emiten properti. Hal itu terlihat dari peningkatan penjualan rumah serta peningkatan laba.
“Dampak dari insentif PPN DTP ini cukup signifikan dalam membantu penjualan dan marketing sales emiten properti,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (26/6).
Baca Juga: PPN DTP 100% Selesai Akhir Juni, Simak Rekomendasi Saham SMRA
Vicky mengatakan, CTRA memiliki kinerja penjualan hunian yang baik dengan katalis dari insentif PPN DTP. Berdasarkan kuartal I 2024, CTRA mencatatkan pendapatan prapenjualan alias marketing sales paling tinggi, yaitu sebesar Rp 3,3 triliun. Ini setara dengan 30% dari target marketing sales BSDE di tahun 2024.
“Kemudian diikuti oleh BSDE yang marketing sales-nya terpenuhi sebesar 23% dari target tahun 2024 dan SMRA sebesar 22%,” ungkapnya.
Menurut Vicky, berakhirnya insentif PPN DTP 100% ini dikhawatirkan dapat membawa sentimen negatif bagi emiten properti. Apalagi, Bank Indonesia (BI) masih menahan suku bunganya di 6,25%, sehingga dapat menurunkan penjualan dan marketing sales.
Adapun sentimen positif yang dapat membantu kinerja para emiten properti di antaranya adalah permintaan properti yang stabil, penawaran produk yang beragam dan menarik bagi konsumen, serta adanya aset pendapatan berulang.
“Aset pendapatan berulang dapat menjadi unggulan di masa-masa saat ini,” katanya.
Vicky pun merekomendasikan buy on weakness untuk saham SMRA dan CTRA dengan target harga masing-masing Rp 520 per saham dan Rp 1.145 per saham.
Equity Analyst Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora melihat, insentif PPN DTP memiliki dampak yang besar, karena bisa membuat beban untuk para konsumen berkurang di saat era suku bunga tinggi.
“Emiten properti yang terkena sentimen positif dari insentif ini adalah yang banyak menjual rumah tapak, seperti BSDE dan CTRA,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (26/6).
Menurut Andhika, insentif PPN DTP adalah bentuk kepedulian pemerintah kepada masyarakat untuk meringankan beban biaya pembelian rumah sebagai respons bantuan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
“Dengan berakhirnya insentif ini, maka akan berpeluang untuk menurunkan marketing sales, karena daya beli properti masyarakat berkurang,” paparnya.
Andhika merekomendasikan buy on weakness untuk saham CTRA dengan target harga Rp 1.230 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News