Reporter: Dyah Megasari |
JAKARTA. Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjadi tokoh utama di layar transaksi Bursa Efek Indonesia (BEI) beberapa hari terakhir. Bukan karena aksinya yang mengundang decak kagum, saham kebanggaan milik Group Bakrie ini justru membuat pemegang saham yang beredar di publik ketar-ketir khawatir.
Wajar para pemilik modal ini cemas. Aksi jual belum berhenti memukul BUMI. Hari ini saja, hingga perdagangan pukul 10:56, saham raksasa batubara itu sudah minus 20 poin atau 2,63% ke Rp 740. BUMI dibuka pada level Rp 760.
Fajar Indra, Analis Panin Sekuritas mengulas saham ini dengan skenario terburuk. Apa itu? BUMI di ambang kebangkrutan finansial.
Beberapa indikasi itu terlihat dalam beberapa faktor. Di antaranya adalah performa keuangan semester I 2012 yang sangat buruk di mana solvabilitas emiten ini sangat lemah. Pada periode tersebut, BUMI mencatatkan kerugian sebesar US$ 322juta. Padahal dalam waktu yang sama pada 2011, BUMI meraup untung US$ 232 juta.
Ada beberapa faktor yang disinyalir menyebabkan jatuhnya performa saham BUMI pada paruh pertama tahun ini. Faktor pertama adalah tergerusnya margin laba BUMI yang diakibatkan melonjaknya biaya produksi per ton sebesar 9,2%, hal itu juga tidak diimbangi oleh naiknya harga jual. Kondisi yang sama terjadi hampir di seluruh perusahaan batubara di Indonesia karena memburuknya harga batubara dunia.
Faktor kedua adalah tingginya beban keuangan yang harus dibayar serta kerugian atas transaksi derivatif. Laporan keuangan BUMI yang harus diperhatikan adalah bahwa jumlah beban keuangan yang harus dibayar lebih tinggi dari laba usahanya sendiri. “Hal ini tentunya memperlihatkan betapa buruknya solvabilitas BUMI dalam membayar utang-utangnya,” ujar Fajar dalam riset yang diterima KONTAN.
Kondisi BUMI makin memprihatinkan tatkala, perusahaan memperpanjang masa investasi dana senilai US$ 231juta di PT Recapital Asset Management. “Dengan kata lain, BUMI gagal mencairkan investasinya untuk melakukan refinancing,” jelas Fajar.
Perlu diingat, dalam 2 tahun BUMI memiliki tanggal jatuh tempo untuk utangnya kepada CIC masing-masing sebesar US$ 600juta untuk trance kedua dan US$ 700 juta untuk trance berikutnya.
Proyeksi kebangkrutan finansial
Cukup kuatkah BUMI dikategorikan bangkrut secara keuangan? Fajar berusaha menjabarkannya dengan analisis fundamental yakni metode Altman Score untuk menguji solvabilitas keuangan BUMI dari kebangkrutan finansial.
“Kami menggunakan neraca semester I BUMI sebagai bahan dasar perhitungan,” jabarnya.
Berikut adalah koefisien Z dalam metode Altman untuk industri non-manufaktur yang Panin Sekuritas gunakan untuk perhitungan:
Z = 6.56T1 + 3.26T2 + 6.72T3 + 1.05T4
Altman mendeskripsikan interval skor Z adalah sebagai berikut:
- Jika koefisien Z > 2,6, maka perusahaan berada dalam zona aman
- Jika koefisien Z < 2,6, namun Z > 1,1, maka perusahaan berada dalam zona abu-abu (antara aman dan tidak aman)
- Jika koefisien Z < 1,1, maka perusahaan berada dalam zona tidak aman atau menuju kebangkrutan.
Dari perhitungan di atas, terlihat bahwa koefisien Z BUMI sangat kecil yakni 0,0982 saja. “Maka dapat disimpulkan bahwa BUMI saat ini berada dalam zona tidak aman atau menuju kebangkrutan finansial,” deskripsi Fajar.
Perlu diketahui, Bumi Resources adalah perusahaan penambangan dan penjualan batubara yang diprakarsai keluarga Bakrie dengan konsensi di Kalimantan Timur. BUMI memiliki cadangan batubara terbesar di Indonesia dengan total cadangan sebesar 2,8 miliar ton yang dimiliki anak usahanya PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia (Arutmin). Tahun ini, BUMI menargetkan produksi batubara mencapai 75 juta ton, naik 13,6% yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News