Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Analis menuturkan, ada beberapa tantangan eksternal yang mengintai pasar obligasi domestik di tahun 2016. Yakni salah satunya tren perlambatan ekonomi China.
Konsensus memprediksi pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu pada tahun 2016 lebih rendah dari level 6,9%.
Harga minyak dunia juga diperkirakan masih dalam tren rendah di tahun Monyet Api. Bank Dunia memangkas proyeksi harga minyak tahun 2016 dari level US$ 51 per barel menjadi US$ 37 per barel.
"Sejumlah risiko eksternal masih membayangi pasar obligasi Indonesia. Berlanjutnya harga minyak di level rendah akan terus menekan harga komoditas," kata Presiden Direktur PT Penilai Harga Efek Indonesia alias Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Ignatius Girendroheru, Jumat (5/2).
Desmon Silitonga, Analis PT Capital Asset Management berujar, pasar memang menduga Bank Sentral AS alias The Fed akan mengerek suku bunga acuan yang saat ini mencapai 0,25% - 0,5%.
“Tapi sinyal The Fed sudah lebih terukur. Bukan risiko yang perlu ditakutkan lagi. Hanya berpengaruh pada psikologis investor,” jelasnya
Asal tahu saja, per 5 Februari 2016, rata-rata harga obligasi pemerintah yang tercermin pada INDOBeX Government Clean Price naik 3,91% secara year to date.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News