kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,35   -7,01   -0.75%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini strategi investasi Claudia Ingkiriwang, Direktur Utama Pigijo di pasar finansial


Sabtu, 29 Februari 2020 / 04:30 WIB
Ini strategi investasi Claudia Ingkiriwang, Direktur Utama Pigijo di pasar finansial


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mengukur ketahanan diri terhadap risiko kerugian menjadi modal awal Claudia Ingkiriwang ini menyelami investasi. Claudia merupakan Direktur Utama PT Tourindo Guide Indonesia Tbk (PGJO) alias Pigijo, perusahaan start-up yang baru saja melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Claudia menyelami dunia investasi sejak dia mendapatkan pekerjaan pertamanya. Properti menjadi pilihan pertamanya dalam berinvestasi. Kemudian sejalan dengan pekerjaannya di industri keuangan, Claudia lalu mengenal saham. Perempuan kelahiran tahun 1970 ini pun tak kesulitan dalam memilih portofolio sahamnya.

“Saat itu kerjanya di asuransi, jadi memang itu adalah bagian dari keseharian mengamati satu per satu. Itu saya bener-bener masuk ke pasar modal secara pribadi. Beli saham, lepas, beli lagi untuk jangka menengah dan panjang,” jelas Claudia saat ditemui Kontan di kantornya di daerah Jakarta Selatan, Kamis (27/2).

Baca Juga: Dari delapan emiten yang IPO Januari, dua saham ini yang direkomendasikan analis

Dalam memilih portofolio saham, Claudia memilih saham-saham berkapitalisasi besar atau sering disebut saham blue chips. Meski tak dipungkiri, ada beberapa saham yang dia pilih bukan karena kinerja fundamentalnya tetapi lebih karena tren atau keterkenalan perusahaan saat itu. Namun dalam kurun tiga bulan Claudia kembali melepas saham tersebut.

“Saya kebetulan bukan tipikal yang high risk, jadi begitu tinggi fluktuasinya saya malah gak berani, terus sudah tiga bulan saya lepas, saya ganti yang blue chips,” jelas Claudia sembari tertawa.

Dalam satu bulan, Claudia pernah mendapatkan keuntungan hingga 20% dari portofolionya, tetapi juga pernah rugi sehingga harus cut loss. Namun, karena dia menyadari profilnya sebagai orang yang bukan risk taker di dunia saham, Claudia membatasi setiap dia rugi di kisaran 25% maka dia akan cut loss.

Angka kerugian tersebut belum terlalu besar bagi Claudia. Pasalnya, dana yang dia alokasikan di saham saat itu juga hanya sekitar 15% dari total investasinya. Saat itu, Claudia lebih banyak berinvestasi di properti. “Properti kan paling banter dia stagnan risiko tertingginya, jadi ya saya diamkan saja,” imbuh dia.

Baca Juga: Lewat IPO, Pigijo (PGJO) ingin menggaet lebih banyak wisatawan mancanegara

Di properti pun, dia mengaku tak terlalu agresif dalam melakukan jual-beli. Pada saat memilih properti pun, dia cenderung menggunakan ketertarikan pribadi dalam memilih lokasi ataupun desain bangunannya. Apabila dia tidak menyenangi suatu lokasi, Claudia juga tidak akan membeli properti tersebut meski valuasinya cukup tinggi.

Dengan pertimbangan minim risiko tadi, Claudia hingga saat ini masih menggenggam portofolio di bidang properti seperti rumah, apartemen dan rumah-toko (ruko). Sedangkan portofolionya di saham sudah dia lepaskan sejak lima tahun lalu.

“Sesuai dengan usia, sekarang lebih prefer yang jangka panjang. Nah, saya pikir ada orang yang akan mengelolakan buat saya, ya sudah reksadana paling bener,” jelas Claudia.

Dengan kesibukannya yang saat ini juga tengah mengembangkan start-up travel planner Pigijo, Claudia melihat reksadana menjadi pilihan yang tepat. Pasalnya dia tidak lagi perlu melihat perkembangan harga sahamnya setiap waktu. Saat ini, Claudia menanamkan dananya di reksadana campuran, yakni instrumen investasi yang memiliki salah satu underlying saham.

Baca Juga: Jadi Emiten Perdana Papan Akselerasi, Pigijo (PGJO) Menargetkan Laba di Tahun 2026

Dengan berpindahnya alokasi dana investasi ke reksadana tersebut, Claudia juga menerapkan strategi baru. Dalam memilih reksadana, dia akan melacak terlebih dahulu historis si manajer investasi. Claudia bakal memilih manajer investasi yang sudah terkenal, memiliki dana kelolaan yang cukup besar dan telah berdiri sejak lama.

Dia bahkan akan lebih memilih manajer investasi yang telah berhasil melewati masa krisis. Meski hal ini tidak jadi jaminan bahwa reksadana nol risiko, tetapi setidaknya dengan indikator tersebut Claudia sudah bisa menemukan manajer investasi yang pandai mengelola dananya.

“Sudah pernah belum merasakan krisis ekonomi, kalau sudah lolos di dua kali krisis, bisa lah. Kalau baru buka dan selalu naik ya hati-hati juga, dia belum pernah recover terhadap krisis,” jelas dia.

Baca Juga: Pigijo (PGJO) masih membukukan rugi Rp 1,75 miliar per Juni 2019

Selain itu, Claudia juga secara berkala melakukan evaluasi terhadap portofolionya yakni sekitar enam bulan hingga satu tahun sekali. Apabila portofolionya sedang mengalami penurunan nilai, dia tak lantas panik mengambil dananya. Dia akan menarik dananya sesuai kebutuhan. Selain itu, apabila investasinya turun saat dia sedang membutuhkan, Claudia mengakali dengan tidak meletakkan dana di dalam satu basket saja.

Dari pengalamannya tersebut, Claudia menyarankan untuk investor pemula mengenali terlebih dahulu profil risikonya baru memilih instrumen investasi. Apabila investor cenderung high risk dan agresif maka sebaiknya mempelajari secara cermat.

Apabila cenderung konservatif, Claudia menyarankan untuk memilih reksadana, sembari dana dikelolakan oleh manajer investasi, si investor bisa mempelajari profil portofolio yang menjadi underlying reksadana miliknya. Selain itu, dalam meletakkan dana di reksadana, Claudia memilih jalan rutin menabung setiap bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×