Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja nilai tukar rupiah di perdagangan awal tahun ini cukup menggembirakan. Buktinya, rupiah berhasil tembus ke bawah level Rp 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS) dan ditutup menguat 1,10% ke Rp 13.895 per dolar AS.
Asal tahu saja, ini juga jadi level terbaik rupiah sejak 9 Juni 2020. Kala itu, rupiah berada di level Rp 13.890 per dolar AS.
Analis Monex Investindo Futures Faisyal mengungkapkan, sentimen eksternal menjadi faktor utama di balik moncernya rupiah di awal tahun ini. Katalis pertama yang menyokong rupiah datang daru keputusan Presiden AS Donald Trump yang akhirnya menyetujui paket stimulus.
Bahkan, Trump juga menyarankan untuk mengerek paket bantuan untuk individu dari semula US$ 600 menjadi US$ 2.000 per penerimanya.
Baca Juga: Menguat 1,10%, rupiah ditutup di level Rp 13.895 per dolar AS pada hari ini (4/1)
“Katalis kedua, pasar juga menyambut positif rencana adanya paket stimulus tambahan ketika Joe Biden resmi memimpin AS. Sementara kebijakan Federal Reserve yang masih tetap akomodatif dan kesepakatan Brexit yang sudah disahkan parlemen Inggris turut menjadi sentimen positif bagi pasar,” kata Faisyal ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (4/1).
Lebih lanjut, sentimen risk-on pelaku pasar juga semakin menguat seiring banyak kabar baik soal penyaluran vaksin di berbagai belahan dunia. Faisyal meyakini, dengan semakin tingginya risk appetite investor, rupiah punya peluang untuk terus melanjutkan penguatan.
Hanya saja, Faisyal melihat penguatan rupiah lebih didorong oleh sentimen eksternal saja. Dari sisi fundamental, ia menilai dari sentimen domestik justru belum banyak memberikan dorongan bagi rupiah.
Mengingat, kebijakan dari Bank Indonesia maupun pemerintah sejauh ini dinilai belum banyak menghadirkan gebrakan baru.