Sumber: Antara | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Analis Monex Investindo Futures Yulia Safrina mengatakan, harga minyak mentah dunia yang mengalami tekanan mendorong mata uang dollar AS bergerak menguat terhadap mayoritas mata uang utama dunia, termasuk rupiah.
"Harga minyak mentah yang melemah dapat menyeret mata uang komoditas terkoreksi dan sebaliknya menguatkan aset dolar AS," katanya, Senin (13/6).
Ia mengemukakan, harga minyak tertekan oleh data buruk perekonomian sejumlah negara di kawasan Asia. Sinyal pelemahan ekonomi di kawasan Asia cenderung menguntungkan aset safe haven seperti dolar AS dan sebaliknya melemahkan aset mata uang berisiko.
Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Senin sore ini, berada di level US$ 48,47 per barel, turun 1,22 %. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi US$ 50,06 per barel, melemah 0,95 %.
Sementara itu, Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan, dalam jangka menengah mata uang rupiah berpotensi kembali bergerak menguat.
"Bank Indonesia beranggapan, mata uang rupiah bisa menguat hingga Rp 13.000 per dollar AS pada akhir tahun ini.
Mengawali pekan ini, nilai tukar rupiah bergerak flat cenderung turun di hadapan dollar Amerika Serikat (AS). Di pasar spot pukul 15.59 WIB, rupiah tergerus 0,03% dibandingkan hari sebelumnya ke level Rp 13.298 per dollar Amerika Serikat (AS). Serupa, kurs tengah Bank Indonesia (BI) juga melemah 0,24% menjadi Rp 13.341.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News