Reporter: Rashif Usman | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tengah mengalami tekanan beberapa waktu belakangan. Tengok saja, pada penutupan perdagangan Selasa (11/2), IHSG berada di posisi 6.531,99 atau melemah 1,75% dalam sehari. Secara tahun berjalan, indeks ini terkoreksi 7,74%.
Nah, meskipun IHSG saat ini sedang loyo, peluang meraih cuan di pasar modal tetap terbuka. Salah satu strategi yang bisa diterapkan investor ialah mengalihkan portofolio ke saham-saham defensif atau yang kebal tekanan dari gejolak pasar.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan mengatakan masih ada beberapa emiten yang tetap bertahan dan bahkan menunjukkan ketahanan di tengah tekanan pasar.
Baca Juga: IHSG Berpotensi Lanjutkan Koreksi Selasa (11/2), Cek Rekomendasi Analis
Contoh saham defensif yang masih menarik di sektor konsumsi primer ialah PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA). Sementara di sektor energi, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) masih terlihat bertahan dengan tren yang relatif kuat.
Selain itu, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) juga masih berada dalam tren bullish, meskipun mayoritas saham perbankan mengalami tekanan.
Ekky menjelaskan saham dengan karakteristik defensif umumnya memiliki pendapatan stabil, permintaan produk atau jasa yang tidak terlalu terpengaruh oleh siklus ekonomi, serta dividend yield yang menarik.
Tak hanya itu itu, saham defensif cenderung memiliki beta rendah, sehingga volatilitasnya lebih kecil dibandingkan dengan IHSG secara keseluruhan.
"Beta sendiri itu ukuran yang menunjukkan seberapa besar suatu saham bergerak relatif terhadap indeks. Jadi kalau beta di bawah satu, Maka pergerakannya cenderung lambat. Ini biasa disebut saham defensif, tidak terlalu pengaruh gejolak market," kata Ekky kepada Kontan, Selasa (11/).
Baca Juga: Kinerja Kalbe Farma (KLBF) Diproyeksi Tumbuh Positif di 2024, Cek Rekomendasi Analis
Bagi investor, keputusan untuk masuk sekarang atau menunggu ke saham defensif tergantung pada strategi investasi masing-masing. Jika memiliki orientasi jangka panjang, tekanan jual saat ini bisa menjadi peluang akumulasi bertahap di saham-saham dengan fundamental kuat dan valuasi menarik.
Namun, bagi investor yang ingin menghindari risiko lebih lanjut, menunggu kepastian arah pergerakan pasar sebelum investasi bisa menjadi pilihan yang lebih konservatif.
Head of Investment Specialist PT Maybank Sekuritas Indonesia Fath Aliansyah Budiman menjelaskan saham defensif normalnya merupakan saham yang memiliki laba bertumbuh secara stabil dan konsisten membayar dividen.
Namun performa saham-saham yang tergolong dalam kategori ini juga mengalami pelemahan ketika IHSG berada di zona negatif seperti saham-saham consumer goods pada saat ini.
Baca Juga: Sektor Infrastruktur Tertekan Pemangkasan Anggaran, Cek Rekomendasi Analis
"Salah satu saham defensif yang masih bertumbuh dan konsisten membagikan dividen, namun secara pergerakan harga sahamnya masih tergolong stabil adalah INDF," jelas Fath kepada Kontan, Selasa (11/2).
Direktur PT Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus bilang umumnya saham defensif memiliki produk yang cenderung dibutuhkan masyarakat seperti konsumer dan kesehatan. Ciri lainnya ialah perusahaan yang memiliki kinerja yang stabil di segala kondisi ekonomi.
Dus, Daniel menjatuhkan pilihan ke saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) sebagai alternatif saham defensif.
Hal ini didorong kinerja laba bersih full year KLBF pada tahun 2024 yang tercatat naik 17% yoy dan secara teknikal juga mengindikasikan harga sedang reversal.
Akan tetapi, Daniel menyarankan agar investor saat ini lebih baik menunggu tekanan jual mereda.
Rekomendasi Saham
Secara analisa teknikal, Fath bilang INDF masih berada pada fase konsolidasi setelah mengalami tren kenaikan dari pertengahan tahun lalu. Level support INDF saat ini berada pada level Rp 7.275-7.375 per saham dan resistance terdekat berada pada level Rp 8.200 per saham.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Teknikal Mirae Sekuritas Saham RAJA, BRMS & PGAS Senin (10/2)
Adapun Daniel menyarankan untuk mencermati saham KLBF di target harga Rp 1.400 per saham.
Sementara itu, Ekky mengungkapkan ada beberapa rekomendasi saham yang menarik untuk dicermati saat ini, seperti PGAS dengan target penguatan jangka pendek di Rp 1.700 per saham dan potensi menuju Rp 2.000 per saham dalam jangka panjang.
Selain itu, INDF juga menarik, melihat momentum kenaikan yang cukup kuat, dengan target harga Rp 8.200–Rp 8.300 per saham.
"Bagi yang ingin memanfaatkan peluang di sektor keuangan syariah, BRIS dapat menjadi pilihan dengan prospek pertumbuhan bisnis yang solid," tutup Ekky.
Selanjutnya: SPBU Ini Turunkan Harga BBM, Cek Harga Pertamax, Shell, BP & Vivo Februari 2025
Menarik Dibaca: Kumpulan Ucapan Valentine Manis untuk Pasangan Pria Anda
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News