Reporter: Benedicta Prima | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) berhasil catatkan kinerja yang apik pada kuartal I-2021. Dari sisi bottom line, laba bersih PWON mengalami lonjakan hingga 254,5% secara year on year (yoy) menjadi Rp 237 miliar pada kuartal I-2021.
Analis Ciptadana Sekuritas Yasmin Soulisa menuturkan, kenaikan tersebut seiring dengan tingginya non-operating income. Walau demikian, kinerja bottom line tersebut baru memenuhi 17% dari proyeksinya untuk tahun ini.
Sementara dari sisi top line, emiten properti ini berhasil mencatatkan perolehan Rp 1,12 triliun pada kuartal I-2021. Yasmin menyebut, kinerja tersebut relatif inline dengan proyeksinya karena telah memenuhi 28%.
Baca Juga: Simak rekomendasi saham emiten tambang emas dari analis berikut
“Jika dibandingkan secara kuartalan, pendapatan PWON berhasil naik 20% seiring dengan penjualan properti yang juga naik 40,8% secara kuartalan dan segmen persewaan yang naik 6,8% secara kuartalan. Hanya saja, kerugian dari unrealized forex yang mencapai Rp 109 miliar membuat laba bersih PWON turun 28,1% secara kuartalan,” kata Yasmin kepada Kontan.co.id, Senin (21/6).
PWON sempat merilis surat utang atau senior notes senilai US$ 300 juta dengan kupon 4,875% per tahun April kemarin. Kemudian, PWON kembali merilis emisi senilai US$ 100 juta yang masih menjadi kesatuan senior notes sebelumnya pada Mei. Sehingga, nilai pokok secara keseluruhan sebesar US$ 400 juta.
Penerbitan surat utang tersebut untuk refinancing surat utang yang akan jatuh tempo pada 2024. Sisanya, akan digunakan untuk kebutuhan umum PWON seperti menambah cadangan lahan atau untuk operating asset.
Walaupun baru saja menerbitkan dua surat utang, Yasmin menilai, untuk saat ini, PWON memiliki profil kredit yang baik dan likuiditas yang melimpah. Hal ini didukung oleh seimbangnya pendapatan antara penjualan properti dan bisnis recurring (45% berbanding 55% pada kuartal I-2021).
Ke depan, ia meyakini profil kredit PWON masih akan tetap kuat pada tahun ini dan tahun depan. Yasmin memproyeksikan, pada tahun ini net debt to equity ratio PWON akan berada di 0,2x pada tahun ini dan 0,1x pada tahun depan. Adapun, pada tahun lalu rasio tersebut berada di level 0,1x.
Baca Juga: Harga melonjak, begini realisasi produksi batubara dari sejumlan emiten di awal tahun
Sementara analis BRI Danareksa Sekuritas Victor Stefano dalam risetnya pada 7 Juni menilai, walaupun dari tingkat kupon dan pinjaman bank lebih rendah, penerbitan obligasi tersebut akan menyebabkan beban bunga PWON yang lebih tinggi pada tahun ini.
Dari marketing sales, emiten asal Surabaya ini mencatatkan kinerja yang baik pada kuartal I-2021 di mana PWON berhasil mencatatkan Rp 427 miliar atau naik 17% secara yoy. Analis MNC Sekuritas Muhammad Rudy dalam risetnya pada 16 Juni menuliskan, perolehan ini didominasi oleh penjualan landed house seiring dengan suku bunga yang rendah dan adanya insentif PPN 10% yang sempat digratiskan.
Namun, di satu sisi, kini pemerintah justru tengah memiliki wacana untuk meningkatkan PPN dari 10% menjadi 12% sebagai langkah untuk menjaga kondisi fiskal. Rudy menilai, jika PPN sampai naik, tentu daya beli masyarakat akan tertekan, khususnya pada pembelian properti. Sehingga hal ini berpotensi jadi katalis negatif untuk penjualan properti ke depan.