Reporter: Benedicta Prima | Editor: Tendi Mahadi
Walau demikian, Rudy menilai ada potensi bagi emiten properti seperti PWON untuk mendapatkan katalis positif. Ia berkaca dari kondisi Australia yang justru mengalami property boom selepas masa pandemi di mana harga properti naik 7,8% secara yoy pada April kemarin, sebuah kenaikan tertinggi dalam 32 tahun terakhir.
Ia menyebut, terdapat beberapa faktor seperti suku bunga rendah, optimisme pemulihan ekonomi, pembeli rumah pertama. Selain itu, ia melihat adanya korelasi antara kenaikan harga batubara dengan pendapatan per kapita Australia yang lebih tinggi sehingga tersedia untuk disalurkan pada aset properti
“Pada 2009, Indonesia mengalami lonjakan harga komoditas dan diiringi dengan pertumbuhan marketing sales hingga lebih dari 50% secara yoy pada 2010. Dengan adanya lonjakan harga komoditas pada tahun ini, Indonesia berpotensi mengalami hal serupa dengan Australia,” kata Rudy.
Baca Juga: Kinerja diproyeksi meningkat, simak rekomendasi saham sektor poultry
Sementara Yasmin berujar, marketing sales PWON pada kuartal I-2021 sudah berhasil memenuhi 30,5% dari target mereka pada tahun ini yang sebesar Rp 1,4 triliun. “Kami melihat target tersebut akan dapat tercapai. Selain itu, dengan perolehan marketing sales yang baik sejauh ini, juga akan jadi katalis positif untuk saham PWON,” imbuh Yasmin.
Dengan perolehan PWON yang sejauh inline dengan proyeksi Ciptadana, Yasmin mempertahankan proyeksinya untuk pendapatan PWON pada tahun ini sebesar Rp 4,02 triliun dengan laba bersih Rp 1,42 triliun. Apalagi, ke depan diharapkan nilai tukar rupiah akan jauh lebih rendah, sehingga akan jadi pendorong positif untuk kinerja bottom line PWON.
Yasmin pun merekomendasikan untuk beli saham PWON dengan target harga Rp 640 per saham. Sementara Rudy merekomendasikan juga beli saham PWON dengan target harga Rp 660 per saham.
Dengan mempertimbangkan porsi utang PWON yang lebih tinggi, Victor memasang rekomendasi hold untuk saham PWON dengan target harga Rp 520 per saham.
Selanjutnya: IHSG melemah 0,18% ke 5.996 pada perdagangan Senin (21/6), net buy asing Rp 2,10 T
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News