kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini rekomendasi Japfa (JPFA) dan Charoen Pokphand (CPIN) saat harga ayam naik


Kamis, 24 September 2020 / 06:35 WIB
Ini rekomendasi Japfa (JPFA) dan Charoen Pokphand (CPIN) saat harga ayam naik


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Rata-rata harga ayam broiler kembali naik. Kenaikan harga ayam broiler dipicu kelanjutan pemusnahan (culling) kelima dan keenam di tahun ini. Di tengah kenaikan harga ayam, dua emiten poultry, yakni PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) bisa meraup berkah.

Analis Mirae Asset Sekuritas Emma A. Fauni masih bersikap netral untuk saham-saham poultry. Saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) tetap menjadi pilihan utama dengan rekomendasi trading buy. Adapun target harga untuk CPIN yaitu Rp 6.900. Pada perdagangan Rabu (23/9) harga CPIN ditutup di level Rp 6.100. 

Menurut Emma, CPIN masih memiliki kualitas pendapatan yang baik dibandingkan emiten sejenis. Di saat harga ayam broiler terjun dalam, CPIN juga dinilai yang paling bertahan. "Saya lihat penurunan harga ayam menjadi terbatas, jadi mungkin ke depan dalam tren kenaikan karena ada pengurangan supply yang masif, karena ada intervensi pemerintah," kata Emma kepada Kontan.co.id, Rabu (23/9). 

Sebagai pembanding, di semester I-2020 laba CPIN hanya turun menjadi Rp 1,65 triliun dari kondisi di semester I-2019 yang sebesar Rp 1,73 triliun. Sedangkan laba bersih PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) anjlok dari Rp 829,3 miliar menjadi Rp 155,11 miliar. 

Baca Juga: Ini upaya Kemendag stabilkan harga barang kebutuhan pokok saat pandemi

Analis Philip Sekuritas Michael Filbery merekomendasikan beli untuk saham JPFA. Michael merekomendasikan beli JPFA dengan target harga Rp 1.250, mencerminkan target price to earning ratio (PER) sebesar 9,2 kali. Adapun pada perdagangan Rabu (23/9) harga JPFA ditutup di level Rp 1.110. Harga saat ini masih cukup terdiskon di level -0,7 standar deviasi PER dua tahun terakhir.

Hingga kuartal II-2020, JPFA kembali mencatatkan operating margin segmen pakan ternak sebesar 14%, relatif lebih tinggi dibandingkan emiten sejenis. Menurut Michael, pencapaian tersebut didukung oleh efisiensi dan kapabilitas JPFA dalam mengamankan pasokan bahan baku produksi pakan ternak dengan tersedianya kapasitas silo yang memadai. Michael memperkirakan margin di segmen pakan akan tetap stabil di kisaran 14% didukung oleh stabilnya harga jagung dan soybean meal (SBM).

Namun risiko yang perlu dicermati oleh JPFA adalah masih lemahnya daya beli masyarakat di kuartal III-2020, berlanjutnya pembatasan sosial berskala besar (PSBB), serta permintaan yang lebih rendah di pulau Jawa selama bulan Suro. Michael memperkirakan permintaan broiler akan kembali naik di akhir tahun dengan adanya momentum natal dan liburan akhir tahun.

Baca Juga: Harga ayam broiler naik, ini rekomendasi saham Japfa Comfeed (JPFA)

Di sisi lain, pemerintah juga mewajibkan penyerapan unggas hidup (live birds) kepada pemain besar. Padahal para pemain besar juga merupakan produsen broiler. Dalam hal ini para pemain besar diarahkan untuk menjadikan ayam broiler tersebut menjadi makanan olahan, yang memiliki pasar lebih terbatas. "Hal ini tidak serta merta menghasilkan dampak positif absolut pada pendapatan pemain besar," ungkap Emma.

Dus saat ini kondisi masih cukup menantang bagi perusahaan di sektor unggas (poultry). Pasalnya, kewajiban penyerapan tersebut akan menambah beban bagi perusahaan. Langkah-langkah yang dilakukan saat ini secara umum untuk mendukung peternak kecil agar dapat menikmati kenaikan harga broiler akibat terkendalinya pasokan. 

Perhatian lainnya adalah harga yang telah ditentukan untuk pembelian broiler dari peternak luar yang saat ini masih belum jelas secara teknis. Mengingat, penyerapan live birds pada April 2020 lalu ditetapkan sebesar Rp 15.000 per kg yang lebih tinggi dari harga pasar. 

Baca Juga: Meski harga ayam broiler naik, emiten poultry masih menghadapi tekanan

Michael memperkirakan harga ayam justru masih berpotensi naik. "Kami perkirakan harga broiler masih berpeluang untuk kembali meningkat hingga akhir tahun dengan adanya beberapa pertimbangan," kata analis Philip Sekuritas Michael Filbery kepada Kontan.co.id, Rabu (23/9).

Pertama adalah adanya mandatori penyerapan live-birds oleh para integrator sebanyak 41,7 juta live-birds di bulan Agustus dan 97,4 juta live-birds di bulan September. Kedua, adalah adanya culling terhadap 4,4 juta parent stock yang berusia 50 minggu.

Culling tersebut akan menurunkan multiplikasi produksi final stock/DOC dalam jangka 27 minggu ke depan. Hal ini menyebabkan peluang terjadinya kelebihan stok di kuartal IV-2020 menjadi lebih kecil, sehingga harga broiler akan lebih stabil hingga akhir tahun di tengah pelemahan daya beli masyarakat.

Baca Juga: Malindo Feedmill (MAIN) genjot penjualan makanan olahan untuk pasar ekspor

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×