Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah turun dalam dua bulan terakhir, rata-rata harga ayam broiler kembali naik. Kenaikan harga ayam broiler tersebut sejalan dengan instruksi pemerintah untuk melakukan pemusnahan (culling) kelima dan keenam di tahun ini, yang cukup untuk menopang keseimbangan harga.
"Saya lihat penurunan harga ayam menjadi terbatas, jadi mungkin ke depan dalam tren kenaikan karena ada pengurangan supply yang masif, karena ada intervensi pemerintah," kata analis Mirae Asset Sekuritas Emma A. Fauni kepada Kontan, Rabu (23/9).
Di sisi lain, pemerintah juga mewajibkan penyerapan unggas hidup (live birds) kepada pemain besar. Padahal para pemain besar juga merupakan produsen broiler. Dalam hal ini para pemain besar diarahkan untuk menjadikan ayam broiler tersebut menjadi makanan olahan, yang memiliki pasar lebih terbatas. "Hal ini tidak serta merta menghasilkan dampak positif absolut pada pendapatan pemain besar," ungkap Emma.
Dus saat ini kondisi masih cukup menantang bagi perusahaan di sektor unggas (poultry). Pasalnya, kewajiban penyerapan tersebut akan menambah beban bagi perusahaan. Langkah-langkah yang dilakukan saat ini secara umum untuk mendukung peternak kecil agar dapat menikmati kenaikan harga broiler akibat terkendalinya pasokan.
Baca Juga: Perkuat bisnis hilir, Japfa (JPFA) akuisisi So Good Food senilai Rp 1,21 triliun
Perhatian lainnya adalah harga yang telah ditentukan untuk pembelian broiler dari peternak luar yang saat ini masih belum jelas secara teknis. Mengingat, penyerapan live birds pada April 2020 lalu ditetapkan sebesar Rp 15.000 per kg yang lebih tinggi dari harga pasar.
Dus, Emma masih bersikap netral untuk saham-saham poultry. Saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) tetap menjadi pilihan utama dengan rekomendasi trading buy. Adapun target harga untuk CPIN yaitu Rp 6.900. Pada perdagangan Rabu (23/9) harga CPIN ditutup di level Rp 6.100.
Baca Juga: Malindo Feedmill (MAIN) Meracik Potensi Bisnis Ekspor Frozen Food
Menurut Emma, CPIN masih memiliki kualitas pendapatan yang baik dibandingkan emiten sejenis. Di saat harga ayam broiler terjun dalam, CPIN juga dinilai yang paling bertahan.
Sebagai pembanding, di semester I-2020 laba CPIN hanya turun menjadi Rp 1,65 triliun dari kondisi di semester I-2019 yang sebesar Rp 1,73 triliun. Sedangkan laba bersih PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) anjlok dari Rp 829,3 miliar menjadi Rp 155,11 miliar.
Baca Juga: Sampai semester I 2020, Charoen Pokphand (CPIN) serap capex Rp 880 miliar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News