Reporter: Nur Qolbi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Asuransi Jiwasraya kembali dirundung masalah. Setelah gagal bayar klaim nasabah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini juga berpotensi mengakibatkan kerugian negara karena memiliki sejumlah portofolio saham berkinerja rendah.
Berdasarkan sumber Kontan.co.id, pada tahun 2018, Jiwasraya memegang kepemilikan secara langsung pada 30 saham emiten, diantaranya adalah PT Semen Batu Raja (SMBR), PT Bank BJB (BJBR), dan PT PP Properti (PPRO). Jiwasraya juga menempatkan dananya secara tidak langsung melalui instrumen investasi reksadana saham.
Setidaknya, ada delapan saham yang menjadi aset dasar investasi tersebut diantaranya adalah PT Prima Cakrawala Abadi Tbk (PCAR), PT Eureka Prima Jakarta Tbk (LCGP), dan PT Graha Andrasentra Propertindo Tbk (JGLE). Jika digabungkan, maka ada 38 saham yang menjadi lahan investasi Jiwasraya.
Baca Juga: Jiwasraya lunasi utang di BNI, bagaimana utang di BRI dan BTN?
Berdasarkan riset Kontan.co.id, sepanjang 2019 lalu, dari 38 saham tersebut, hanya 15 saham menorehkan kenaikan harga. Sisanya, ada dua saham yang stagnan dan 21 saham lainnya turun. Kenaikan
harga tertinggi diraih oleh PT XL Axiata Tbk (EXCL) yang tumbuh 57,5% sepanjang tahun 2019 menjadi Rp 3.150 per saham. Di sisi lain, penurunan terdalam ditorehkan PT SMR Utama (SMRU), yang capai 90,91% menjadi Rp 50 per saham.
Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony mengatakan, saham-saham yang menorehkan kenaikan harga adalah saham-saham perusahaan yang mempunyai kinerja cenderung baik dan bertumbuh.
"Seperti EXCL yang mulai membukukan keuntungan dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang memperoleh dampak positif dari kenaikan harga emas," ucap dia, Kamis (2/1).
Sementara itu, saham yang turun adalah saham-saham perusahaan yang secara kinerja cenderung kurang baik. Di samping itu, valuasi harganya sudah terlampau tinggi sehingga penurunan harganya cenderung drastis.
Bahkan, dalam daftar tersebut, ada saham-saham yang tergolong saham gocap. Mereka adalah PT Graha Andrasentra Propertindo Tbk (JGLE), PT Sugih Energy Tbk (SUGI), PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM), PT Inti Agri Resources Tbk (IIKP), dan PT SMR Utama Tbk (SMRU).
Baca Juga: Jiwasraya lunasi utang kepada BNI akhir tahun kemarin
Ke depannya, Chris memprediksi, saham yang menorehkan kenaikan harga pada tahun lalu bisa melanjutkan pertumbuhan positifnya, terutama yang berasal dari sektor pertambangan dan konstruksi.
Karena itu, dia menyarakankan beli terhadap saham PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dan ANTM. Perusahaan tambang emas tersebut dipilih karena masih akan mendapat pengaruh positif dari kenaikan harga logam mulia. "
WEGE dipilih karena kinerja yang sangat baik dibandingkan emiten konstruksi lainnya, sedangkan WIKA memiliki kontrak yang lebih variatif. Tidak hanya dari pemerintah, tetapi porsi swastanya juga besar," jelas Chris.
Ia juga merekomendasikan investor untuk beli saham PT Surya CItra Media Tbk (SCMA). Pasalnya, perusahaan ini akan mendapat efek positif dari kerja samanya dengan PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) dalam produksi konten khusus OTT terpilih dan film teater.
Analis Bahana Sekuritas Muhammad Wafi menambahkan, sektor yang harga sahamnya berpeluang tumbuh adalah telekomunikasi, lahan industri, properti, pertambangan, dan konstruksi.
Peningkatan harga saham sektor konstruksi akan didorong oleh sejumlah proyek turnkey yang sudah direalisasikan tahun 2019. "Sehingga tahun 2010, perusahaan punya banyak dana yang masuk yang dapat diputar untuk proyek-proyek baru dengan Internal Rate of Return (IRR) yang lebih menguntungkan," ucap dia.
Baca Juga: Memasuki tahun 2020, ini strategi penyehatan Jiwasraya
Untuk sektor lahan industri akan disokong oleh meningkatkan permintaan lahan untuk kebutuhan industrial. "Sementara properti didukung oleh suku bunga yang turun serta kebutuhan terhadap tempat tinggal, terutama rumah tapak yang ditujukan untuk kelas menengah," kata dia.
Akan tetapi, ia tidak merekomendasikan beli bagi saham PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) dan PT PP Properti Tbk (PPRO) seperti yang ada dalam daftar investasi Jiwasraya tersebut. Pasalnya, kedua perusahaan proeprti ini memiliki sedikit landbank dan masih berfokus pada hunian bertingkat yang bertolak belakang dengan minat konsumen saat ini,
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News