kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.838   -98,00   -0,62%
  • IDX 7.384   -108,06   -1,44%
  • KOMPAS100 1.138   -20,96   -1,81%
  • LQ45 901   -18,70   -2,03%
  • ISSI 224   -1,86   -0,82%
  • IDX30 463   -11,32   -2,38%
  • IDXHIDIV20 560   -12,38   -2,16%
  • IDX80 130   -2,40   -1,81%
  • IDXV30 139   -1,66   -1,18%
  • IDXQ30 155   -3,12   -1,97%

Ini penyebab rupiah kembali loyo di akhir pekan


Jumat, 16 Oktober 2015 / 11:05 WIB
Ini penyebab rupiah kembali loyo di akhir pekan


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Otot rupiah kembali mengendur di akhir pekan ini, Jumat (16/10). Mengacu data Bloomberg, di pasar spot rupiah berada di level Rp 13.550 per dollar AS atau melemah 0,98% dari sebelumnya Rp 13.418 per dollar AS pukul 10.10 WIB.

Setali dua uang, mengacu kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) rupiah di level Rp 13.534 per dollar AS atau melemah 1,85% dari sebelumnya Rp 13.288 per dollar AS.

"Kenaikan inflasi inti Amerika Serikat bulan September menjadi 1,9 % 'year on year' membangkitkan sentimen dollar AS sehingga bergerak menguat," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta dikutip dari Antara.

Ia menambahkan bahwa Survei Manufaktur Empire State Oktober 2015 yang diumumkan membaik juga menjadi salah satu faktor yang mendukung kembalinya sentimen penguatan dollar AS.

Kendati demikian, lanjut dia, diluncurkannya paket kebijakan ekonomi jilid IV serta optimisme pernyataan Bank Indonesia bahwa deflasi masih akan terus berlanjut pada Oktober 2015 dan adanya ruang menurunkan suku bunga acuan (BI rate), serta produk domestik bruto pada kuartal ketiga 2015 diprediksi naik ke 4,9 % secara "year on year" diharapkan masih dapat menjaga sentimen positif di dalam negeri.

Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa laju inflasi inti Amerika Serikat yang naik kembali menghidupkan spekulasi kenaikan suku bunga AS pada tahun ini sehingga nilai tukar rupiah di negara-negara berkembang kembali terdepresiasi terhadap dollar AS, termasuk rupiah.

"Data yang keluar menunjukkan kenaikan sebesar 0,2 % pada indeks inflasi inti AS bulan September, level tersebut mendorong untuk kenaikan pada tingkat tahunan menjadi 1,9 % dan mendorong inflasi mendekati target Federal Reserve sebesar 2 %," paparnya.

Data inflasi yang optimis, lanjut dia, memberikan dukungan bagi dollar AS untuk kembali menguat yang sebelumnya telah tertekan oleh data ekonomi Amerika Serikat akhir-akhir ini, prospek kenaikan suku bunga Fed pada tahun ini juga kembali terbuka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×