Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Banyaknya likuiditas di awal tahun disebut menjadi salah satu faktor pemicu membanjirnya lelang surat utang negara (SUN) yang digelar Selasa (21/1). Dalam lelang ini, pemerintah mengalami kelebihan permintaan atau oversubcribes mencapai tiga kali dengan total Rp 30,07 triliun.
"Investor cenderung agresif di awal-awal tahun," ujar Herdi, Jakarta, Selasa (21/1).
Selain itu, sentimen negatif yang membayangi sejak 2013 lalu sudah mulai berkurang sehingga investor kembali masuk ke pasar surat berharga negara (SBN). Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) mencatat capital inflow atau aliran dana asing mengalir deras sejak awal tahun. Kepemilikan asing di SBN naik menjadi Rp 328 triliun dibandingkan akhir tahun yang sebesar Rp 323,8 triliun.
Masuknya asing mendorong penurunan yield SUN dalam satu pekan terakhir. Harga instrumen ini juga mengalami kenaikan. Data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) menunjukkan harga seluruh seri acuan atau benchmark mengalami kenaikan.
Harga seri FR0069 bertenor lima tahun naik menjadi 100.445 dibandingkan pekan lalu yang sebesar 99.350. Seri FR0070 bertenor 10 tahun juga naik menjadi 99.560 ketimbang pekan sebelumnya yang sebesar 98.890.
Demikian juga dengan seri FR0071 bertenor 15 tahun yang mengalami kenaikan harga 100.380 ketimbang pekan sebelumnya yang 99.544. Serta seri FR0068 bertenor 20 tahun yang naik menjadi 96.125 dibandingkan pekan sebelumnya yang sebesar 94.074.
Desmon Silitonga, analis Millenium Danatama Asset Management mengatakan masuknya asing juga dipengaruhi oleh kebijakan bank sentral yang menahan suku bunga acuannya atau BI rate di awal bulan ini.
Penurunan yield di pasar sekunder mempengaruhi rendahnya yield yang diserap pemerintah dibandingkan lelang sebelumnya. Bahkan, Desmon bilang, yield yang dimenangkan juga lebih kecil dari yield di pasar sekunder sehari sebelumnya.
Meski demikian, yield yang diminta oleh investor masih memiliki rentang yang cukup lebar. "Kondisi tersebut menunjukkan bahwa preperensi resiko di pasar SUN saat ini masih cukup bervariasi," tutur dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News