kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini penyebab harga saham-saham baru IPO naik tinggi


Selasa, 28 Mei 2019 / 22:14 WIB
Ini penyebab harga saham-saham baru IPO naik tinggi


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun ini, ada 12 perusahaan yang telah melaksanakan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO). Hingga perdagangan Selasa (28/5), ada saham-saham yang mencatatkan kenaikan harga di bawah 100%, lebih dari 100%, lebih dari 1.000%, hingga ada yang menunjukkan penurunan harga saham dibanding saat IPO.

Sebagai contoh, harga saham PT Sentra Food Indonesia Tbk (FOOD) hingga perdagangan Selasa (28/5) hanya naik 20% menjadi Rp 162 per saham, dari harga IPO Rp 135. Padahal, emiten sub-sektor makanan dan minuman yang IPO pada tanggal 8 Januari 2019 ini pernah mencatatkan harga per lembar saham di level Rp 442.

Di samping itu, ada juga emiten yang menunjukkan kenaikan harga saham yang tinggi. Saham PT Citra Putra Realty Tbk (CLAY) misalnya, mencatatkan kenaikan 1.644% sejak IPO tanggal 18 Januari 2019 dengan harga Rp 180 per saham. Hingga perdagangan Selasa (28/5), harga saham emiten yang bergerak di sub-sektor perhotelan ini berada pada level Rp 3.140 per saham.

Meskipun begitu, ada juga emiten yang mencatatkan penurunan harga saham dibanding harga IPO-nya. Salah satunya adalah PT Estika Tata Tiara Tbk (BEEF) yang bergerak di sub-sektor peternakan. Per perdagangan Selasa (28/5), harga per saham emiten ini turun 47% menjadi Rp 181. Padahal, saat IPO pada 10 Januari 2019, harganya adalah Rp 340 per saham.

Analis Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih mengatakan, dari 12 emiten yang IPO sepanjang tahun ini, ia melihat ada kemiripan dalam pola transaksinya. Harga saham emiten-emiten baru ini mayoritas naik tinggi dalam beberapa waktu setelah IPO, tetapi kemudian turun jauh.

Ia menilai, hal ini disebabkan oleh investor yang membeli saham-saham ini dominan berinvestasi hanya untuk jangka pendek hingga menengah. Alfatih melihat, dalam lima bulan terakhir, salah satu penjual terbanyak saham-saham ini adalah penjamin emisinya sendiri. “Bisa jadi karena nasabah yang membeli di saat IPO banyak berasal dari nasabah penjamin emisi, lalu sudah melakukan penjualan dalam waktu beberapa bulan setelah IPO,” ungkap dia.

Bernada serupa, Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai, kenaikan harga pada masa awal IPO hanya euforia sesaat. “Setelah beberapa bulan baru mulai menunjukkan kondisi sebenarnya. Biasanya, paling cepat tiga bulan,” ucap dia.

Ia mencontohkan saham FOOD yang hampir lima bulan setelah IPO mulai menunjukkan harga wajarnya. Sebaliknya, menurut dia, saham-saham baru IPO yang menunjukkan kenaikan harga di atas 100% kemungkinan besar belum menunjukkan harga sebenarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×