Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Dana asing membanjir ke pasar surat berharga negara. Head of Fixed Income Indomitra Securities Maximilianus Nico Demus mengatakan masuknya asing dipicu oleh menariknya imbal hasil obligasi Indonesia dibandingkan negara lain.
Nico membandingkan yield obligasi Indonesia berjangka waktu 10 tahun berkisar 10% atau lebih menarik ketimbang negara sasaran carry trade lainnya seperti Tiongkok yang 2,85%, Peru yang 7,38%, ataupun India yang 7,64%. Sedangkan yield obligasi bertenor sama milik Turki berkisar 10,17% dan Brazil berkisar 15,5%.
Kendati Turki dan Brazil memiliki imbal hasil yang lebih baik, namun menurut Nico, investor akan mencari negara dengan risiko terukur dan minim.
"Fundamental Indonesia yang membaik, sumber daya alam yang melimpah, FDI (foreign direct investment) yang masih minim, dan market konsumtif yang besar tentu akan menjadi salah satu pertimbangan dalam berinvestasi di Indonesia," papar dia.
Dia menambahkan masuknya asing juga mempertimbangkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) mulai menguat, serta tren inflasi rendah sehingga suku bunga acuan Bank Indonesia atau Bi rate berpeluang kembali dipotong.
Sejumlah paket kebijakan juga menunjukkan bahwa pemerintah memperbaiki iklim investasi. "Masuknya asing berdampak positif terhadap kenaikan harga obligasi," tutur Nico.
Direktorat Jenderal Pengelolaan dan Pembiayaan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mencatat dana asing di SBN per 1 Maret 2016 mencapai Rp 588,23 triliun. Di mana, sekitar Rp 578,64 merupakan surat utang negara (SUN) dan sekitar Rp 9,59 triliun merupakan surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News