Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Performa reksadana campuran tidak kalah mentereng dibandingkan reksadana kelas aset lainnya. Umumnya kelas aset ini terkerek pergerakan saham yang berkinerja positif di awal tahun 2024.
Berdasarkan data Infovesta Kapital Advisori, indeks reksadana campuran mencatatkan return sebesar 0,62% Month on Month (MoM) di bulan Februari 2024. Besaran return produk-produk reksadana campuran hanya kalah dari saham yang catatkan return sebesar 1,05% MoM.
Sementara kumpulan produk reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap catatkan besaran return masing-masing 0,36%MoM dan 0,22%MoM.
Dari data tersebut, PT Syailendra Capital merupakan salah satu Manajer Investasi (MI) yang menjadi pendorong kinerja kelas aset campuran. Syailendra Capital memiliki produk unggulan yakni Syailendra Balanced Opportunity Fund Kelas A dengan hasilkan return sebesar 2,69%MoM. Produk tersebut berada di urutan ke-5 sebagai reksadana campuran terbaik di Februari 2024.
Baca Juga: Ini Jenis Reksadana dengan Kinerja Terbaik di Bulan Februari 2024
Head of Research PT Syailendra Capital Rizki Jauhari mengungkapkan bahwa saat ini pengelolaan produk Syailendra Balanced Opportunity Fund Kelas A alias SBOF memiliki proporsi aset yang lebih dominan pada saham. Namun, proporsi aset umumnya tetap akan mengikuti perkembangan kondisi pasar dan juga jeli melihat kesempatan pada setiap kelas aset.
Adapun berdasarkan Fund Fact Sheet per 31 Januari 2024, produk SBOF memiliki alokasi aset sebesar 63,64% pada aset saham, obligasi korporasi sekitar 32,71%, lalu aset pasar uang sekitar 3,95%. Beberapa aset yang mengisi portofolio tersebut diantaranya saham BBRI dan Obligasi MDKA03BCN1 yang diterbitkan oleh PT Merdeka Copper Gold (MDKA).
Syailendra Capital memandang bahwa pasar saham di Februari ini terangkat oleh arus masuk asing (net foreign inflow). Sehingga, saham-saham berkapitalisasi besar (big caps) seperti sektor perbankan juga mencatatkan kenaikan harga yang cukup solid.
Kondisi pasar surat utang sendiri tergolong relatif datar (flat). Jika dilihat dari awal tahun 2024, yield INDOGB 10 Year berada dalam rentang 6.5%-6.7% Pasar obligasi juga masih menantikan kepastian penurunan suku bunga The Fed dan kondisi ekonomi AS pada tahun ini.
Baca Juga: Kinerja Reksadana Bulan Februari 2024, Reksadana Saham Jadi Jawara
Sementara untuk pasar uang, kondisi dinilai dipengaruhi bank yang tidak membutuhkan likuiditas terlalu tinggi pada awal tahun. Sehingga, imbal hasil aset pasar uang cenderung rendah.
Ke depan, Rizki mencermati, penurunan suku bunga ke depan akan menjadi perhatian. Pemangkasan suku bunga dapat membuat kinerja surat utang cukup bersaing dengan saham akibat apresiasi dari perubahan harga. Oleh karena itu, kedua aset kelas memiliki potensi imbal hasil yang menarik memasuki semester kedua 2024 saat penurunan tingkat suku bunga.
“Kami melihat kedua aset (saham dan obligasi) memiliki potensi yang baik untuk memberikan kontribusi positif terhadap kinerja SBOF,” kata Rizki kepada Kontan.co.id, Rabu (6/3).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News