kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini Faktor yang Menggerus Kinerja Indika Energy (INDY) hingga Kuartal III-2023


Senin, 06 November 2023 / 14:23 WIB
Ini Faktor yang Menggerus Kinerja Indika Energy (INDY) hingga Kuartal III-2023
ILUSTRASI. Indika Energy (INDY) cetak kinerja kurang memuaskan hingga kuartal III-2023


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan PT Indika Energy Tbk (INDY) merosot sepanjang sembilan bulan pertama 2023. Laba bersih INDY koreksi 72,26% menjadi US$ 93,83 juta hingga kuartal III-2023. Sebagai perbandingan, laba bersih INDY pada periode yang sama tahun lalu mencapai US$ 338,39 juta.

Penurunan laba bersih ini sejalan dengan penurunan pendapatan INDY. Emiten pertambangan batubara ini membukukan pendapatan senilai US$ 2,29 miliar per September 2023, atau turun 26,65% dari pendapatan hingga kuartal III-2022 yang mencapai US$ 3,13 miliar

Azis Armand, Vice President Director dan Group CEO Indika Energy mengungkap sejumlah faktor yang menggerus kinerja INDY. Di mana, penurunan pendapatan terutama berasal dari anak usaha INDY, yakni Kideco Jaya Agung (Kideco) yang mencatat penurunan pendapatan sebesar 23,0% menjadi US$ 1,70 miliar di periode Januari-September 2023.

Penurunan pendapatan Kideco disebabkan penurunan volume produksi dan melemahnya harga jual rata-rata batubara.

Baca Juga: Pendapatan Turun, Laba Bersih Indika Energy (INDY) Anjlok 72% Hingga Kuartal III-2023

Pada sembilan bulan pertama 2023, Kideco menjual 22,6 juta ton batubara atau turun 14,3% dibandingkan dengan penjualan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 26,3 juta ton batubara. Penurunan realisasi penjualan ini akibat dari penurunan target produksi tahunan sebesar 31 juta ton pada tahun 2023 dibandingkan 34 juta ton pada tahun 2022.

Dari volume tersebut, Kideco menjual 6,7 juta ton batubara atau 30% di antaranya untuk kebutuhan dalam negeri atau melebihi persyaratan domestic market obligation (DMO) sebesar 25% yang ditetapkan Pemerintah.

Bersamaan, Kideco juga mencatat penurunan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) sebesar 10% menjadi US$ 75,7 per ton dari sebelumnya US$ 84,2 per ton

Penurunan Pendapatan juga dikontribusikan oleh Indika Indonesia Resources, di mana pendapatan anak usaha INDY ini merosot 44,1% menjadi US$ 351,1 juta per akhir kuartal III-2023 dari sebelumnya US$ 628,4 juta di periode yang sama tahun sebelumnya.

Pendapatan anak usaha INDY lainnya, yakni Tripatra juga menurun 15,6% menjadi US$ 185,1 juta, yang terutama disebabkan oleh turunnya kontribusi proyek BP Tangguh menjadi US$ 152,8 juta.

Sementara itu perusahaan logistik terintegrasi milik INDY, yakni Mandiri Utama (Interport) mencatatkan kenaikan pendapatan hingga 217,7% menjadi US$ 83,5 juta. Kenaikan pendapatan ini terjadi setelah Interport mengakuisisi 56% saham usaha logistik laut Cotrans (termasuk 45% saham yang dimiliki oleh Tripatra).

 

Pada sembilan bulan pertama 2023, pendapatan Interport terdiri dari Cotrans sebesar US$ 54,3 juta, penyimpanan bahan bakar Kariangau Gapura Terminal Energi (KGTE) sebesar US$ 20,9 juta, Interport Business Park (IBP) sebesar US$ 6,5 juta, dan Indika Logistic & Support Services (ILSS) sebesar US$ 1,9 juta.

Pada periode Januari-September 2023, volume penyimpanan bahan bakar KGTE meningkat menjadi 21,2 kilo barrel per day (kbd) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 17,4 kbd

Secara konsolidasi, Indika Energy mencatat laba kotor sebesar US$ 439,8 juta, atau menurun 59,5% dibandingkan per akhir kuartal III-2022. Sementara itu, margin laba kotor juga turun menjadi 19,1% dibandingkan dengan 34,7% pada akhir September 2022.

Hal ini terutama disebabkan oleh tarif pajak royalti batubara bagi pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) yang meningkat signifikan dimana tarif efektifnya adalah sebesar 31,6% dari harga jual rata-rata dan berlaku sejak Januari 2023, dibandingkan tarif royalti bagi Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) Generasi 1 sebesar 13,5%.

Sebagai dampaknya, biaya royalti yang ditanggung pada sembilan bulan pertama 2023 mencapai US$ 520,0 juta dibandingkan US$ 391,8 juta pada sembilan bulan pertama 2022.

Baca Juga: Kementerian ESDM: Moratorium Smelter Nikel untuk Dorong Nilai Tambah

Beban penjualan, umum dan administrasi tercatat meningkat 13,0% menjadi US$ 170,6 juta yang disebabkan meningkatnya biaya DMO, biaya sewa, tanah dan perizinan di Multi Tambangjaya Utama (MUTU), serta biaya jasa profesional.

Sementara itu, beban keuangan menurun 22,0% menjadi US$ 62,6 juta yang terutama disebabkan penghematan bunga sebesar US$ 13,3 juta terkait turunnya pokok obligasi akibat pelunasan obligasi lebih awal, serta pembalikan kapitalisasi beban bunga untuk proyek Awakmas sebesar US$ 3 juta.

Penurunan beban keuangan ini diimbangi dengan kenaikan beban bunga pinjaman bank sebesar US$ 2,6 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×