Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Geliat PT Indika Energy Tbk (INDY) untuk melebarkan bisnisnya di luar sektor batubara kian lincah. Pada Kamis (17/8), anak-anak perusahaan INDY yaitu PT Solusi Mobilitas Indonesia, PT Indika Energy Infrastructure, dan PT Ilectra Motor Group telah menandatangani perjanjian-perjanjian dengan sejumlah investor.
Investor ini terdiri dari Horizon Ventures, Alpha JWC III, L.P. dan/atau afiliasinya, HH-CTBC Partnership. L.P., dan Brama One Ventures Limited. Perjanjian ini terkait rencana investasi mereka di PT Ilectra Motor Group.
Rencana ini akan terdiri dari antara lain, peningkatan modal dalam Ilectra Motor Group oleh Solusi Mobilitas Indonesia dan PT Indika Energy Infrastructure.
Selain itu, rencana ini juga meliputi pemberian pinjaman yang dapat dikonversikan kepada Ilectra Motor Group oleh para investor, dengan jumlah mencapai US$ 45 juta atau jumlah lain yang setara dalam rupiah.
Ilectra Motor Group (IMG) merupakan perusahaan Joint Venture antara Indika Energy, Alpha JWC Ventures, dan Horizons Ventures. Perusahaan ini bergerak di bidang kendaraan listrik roda dua.
Baca Juga: Ekspansi Kendaraan Listrik, Anak Usaha Indika Energy (INDY) Raih Pinjaman US$ 45 Juta
“Rencana transaksi dalam INDY selaras dengan strategi diversifikasi khususnya dalam rangka ekspansi sektor usaha kendaraan listrik dan menyediakan ekosistem kendaraan listrik yang komprehensif di Indonesia,” tulis Sekretaris Perusahaan INDY Adi Pramono, Senin (21/8).
Tanggal jatuh tempo dari pinjaman yang dapat dikonversikan ini adalah 19 Mei 2028, dan dapat diperpanjang sampai dengan atau sebelum tanggal 19 Mei 2032.
Senior Credit Analyst Bloomberg Mary Ellen Olson menilai, langkah Indika Energy untuk mendiversifikasi bisnis non-batubara kemungkinan besar akan mampu meningkatkan kualitas kreditnya dalam jangka menengah.
Grup Ilectra milik INDY misalnya, akan kecipratan untung dari insentif kendaraan listrik yang digulirkan pemerintah.
Sementara itu, tingginya harga batubara pada 2022 dan saldo kas yang melimpah dinilai mampu mengurangi risiko refinancing INDY. Sehingga, Mary menilai, likuiditas yang solid dan cakupan bisnis yang lebih luas bisa mengurangi risiko refinancing dan menjadi katalis positif utama bagi Indika Energy.
Mary menambahkan, kas INDY yang mencapai lebih dari US$ 1,2 miliar mampu mendukung pembayaran utang lebih awal terhadap obligasi perusahaan berdenominasi dolar yang mencapai US$ 350 juta pada tahun 2022.
Adapun tingkat leverage INDY turun di bawah level 1 kali pada tahun 2022, yang disebabkan karena pelunasan utang lebih awal, dibantu oleh naiknya harga batubara, yang bisa menciptakan rating kredit yang positif bagi INDY.
Ditambah, diversifikasi bisnis ke segmen kendaraan listrik roda dua dan investasi di segmen non-batubara akan berkontribusi terhadap pendapatan INDY.
Dengan estimasi harga batubara Newcastle di kisaran US$ 200 per ton tahun ini, EBITDA Indika dapat mencapai US$ 1 miliar pada tahun 2023. Dengan arus kas yang solid dan belanja modal yang minim, rasio utang terhadap EBITDA diperkirakan tetap di kisaran 1 kali.
Analis Sinarmas Sekuritas Axel Leonardo mempertahankan rating netral terhadap saham INDY dengan target harga Rp 2.100 per saham.
Risiko penurunan saham INDY dinilai sudah terbatas seiring dengan optimisme INDY akan meningkatkan produksi batubara pada semester kedua 2023 untuk mencapai target yang dipasang. Pencapaian ini akan didukung oleh cuaca yang kondusif.
Pada tahun 2025, INDY menetapkan menurunkan pendapatannya yang berasal dari bisnis pertambangan batubara menjadi hanya 50%, dengan porsi sisanya diharapkan berasal dari bisnis kendaraan listrik.
Baca Juga: Indika Energy Siapkan Belanja Modal US$ 21 Juta Bangun Pabrik Wood Pellet
Axel menyebut, pada 2019 INDY berhasil menekan kontribusi pendapatan dari batubara menjadi hanya 70%. Namun, kontribusi bisnis batubara malah meningkat menjadi hampir 90% pada tahun 2022, yang didorong oleh lonjakan harga batubara.
Selama kuartal II-2023, Axel menyebut terjadi tren pergeseran kontribusi pendapatan karena sumbangan dari segmen batubara turun menjadi 86%.
“Kami menilai tren (penurunan kontribusi batubara) akan berlanjut, didukung oleh penurunan produksi batubara Kideco (anak usaha INDY) dalam beberapa tahun terakhir dan tren penurunan harga batubara,” terang Alex.
Tahun ini, INDY diproyeksi membukukan pendapatan senilai US$ 3,55 miliar dengan laba bersih senilai US$ 229 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News