Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Program bantuan kuota data internet untuk sekolah pada Maret-Mei 2021 mulai berlaku pada 11 Maret 2021 lalu. Tetapi, Analis BRIDanareksa Sekuritas Niko Margaronis dalam riset 19 Maret 2021 menilai, bantuan kuota data tidak terlalu memberatkan.
Meski harga meningkat secara signifikan dari Rp 1.000 per GB menjadi Rp 2.750 per Gb, mendekati rata-rata perusahaan telekomunikasi. "Kami memperlakukan subsidi sekolah sebagai beban sementara untuk perusahaan telekomunikasi di kuartal IV tahun 2020. Tetapi mungkin tidak mungkin memiliki efek yang bertahan lama," jelas Niko.
Baca Juga: Berdampak ke industri telko, XL Axiata (EXCL) cermati aturan turunan UU Cipta Kerja
Salah satu emiten yang berhasil menangkap peluang adalah PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) melalui Telkomsel yang memiliki keunggulan di lanskap pasar saat in. TLKM menangani kebutuhan data yang meningkat dengan harga yang lebih rendah.
Perusahaan telco, Hutchison Holding Group justru membukukan penurunan kinerja pada semester II tahun 2020 karena permasalahan jaringan. Hutchison Holding Grup dalam operasinya di Indonesia melaporkan pendapatan Rp 7,15 triliun, turun sekitar 4% dibanding semester sebelumnya dan turun 1% secara year on year (yoy)
Meski begitu, Niko menjelaskan, Hutchison 3 berhasil meningkatkan jumlah pelanggan secara signifikan menjadi 39,9 juta. Sementara, kapasitas 4G nampak dari jumlah BTS meningkat menjadi 31.000 vs 28.000 dibanding semester sebelumnya.
Baca Juga: Soal PP nomor 46 tahun 2021, ini kata Telkomsel
Namun menurut Niko, penurunan ARPU akibat dari tekanan pasar selama pandemi dan program subsidi sekolah. Sementara sepanjang tahun 2020, Hutchison Tri membukukan pendapatan sebesar Rp 14,6 triliun, tumbuh 6% secara YoY.
Niko berpendapat, pertumbuhan pendapatan di sepanjang 2020 ditopang dari meningkatnya basis pelanggan sebesar 31% secara yoy menjadi 39,9 juta dan ekspansi ke luar Jawa. Hutchison menambah BTS 4G di luar Jawa.
Sayangnya, EBITDA Hutchison Tri sepanjang tahun 2020 turun 18% secara YoY menjadi Rp 3,8 triliun. Menurut Niko, penurunan terjadi karena kenaikan biaya jaringan.
Pada tahun ini, akan ada lelang jaringan 2.300 MHz bagi emiten telekomunikasi. Dalam lelang ada tiga blok yang tersedia dengan spektrum regional 10MHz. "Alasan untuk menggunakan lebih banyak spektrum adalah tidak diragukan lagi dibenarkan, tetapi Omnibus Law sekarang memungkinkan kemitraan B2B dan menyewa spektrum. Sehingga perlu memilih di antara dua pilihan tersebut," tulis Niko dalam riset.
Baca Juga: Didukung kebutuhan data yang tinggi, Telkom (TLKM) punya prospek yang menarik
Jika dianalisis berdasarkan strategi dan jangka waktu masing-masing perusahaan telekomunikasi, Telkomsel mampu memenangkan skenario spektrum 3x 10Mhz. Sebab dari tingkat spektrum yang relatif rendah. "Selain itu, Tsel bisa memperbesar jaringan yang sudah ada. Dari sebelumnya kapasitas spektrum dengan jeda waktu terbatas untuk monetisasi," terang Niko.
TLKM juga bisa meningkatkan kemampuan untuk menerima sewa untuk layanan jaringan 5G di masa depan.