kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini emiten logam emas paling prospektif pada tahun 2020


Minggu, 05 Juli 2020 / 14:33 WIB
Ini emiten logam emas paling prospektif pada tahun 2020
ILUSTRASI. Emas Imlek --- Petugas butik Logam Mulia (LM) menunjukkan emas batangan bergambar shio anjing tanah saat peluncurannya di Jakarta, Kamis (18/1). PT Aneka Tambang Tbk (Antam) melalui unit bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia merilis emas batangan ed


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Emiten dari sektor logam menjalani tahun yang penuh ketidakpastian dengan kinerja yang beragam. Dengan adanya pandemi virus corona, komoditas logam cukup mengalami tekanan.

Namun, terdapat satu komoditas yang justru diuntungkan dengan kondisi tersebut. Lantas bagaimana dampak pergerakan harga komoditas pada tahun ini terhadap kinerja emiten sektor logam? Lalu, emiten mana yang paling diuntungkan dari kondisi saat ini?

Analis Panin Sekuritas Juan Oktavianus mengatakan, komoditas emas merupakan komoditas yang punya kinerja paling mentereng sepanjang semester I-2020.

Hal ini tidak terlepas dari sifat emas sebagai safe haven yang menjadikannya sebagai instrumen investasi pilihan ketika ketidakpastian menyelimuti pasar.

Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) berkomitmen memberantas penambang ilegal di wilayahnya

Merujuk Bloomberg, harga emas di pasar spot pada akhir tahun kemarin berada di level US$ 1.517,27 per ons troi. Lalu, akhir Juni kemarin, emas tercatat sudah berada di level US$ 1.780,96 per ons troi. Artinya selama satu semester kemarin, emas berhasil tumbuh 17,38%.

Juan juga menilai ketidakpastian di pasar masih akan berlanjut pada semester kedua seiring masih adanya ancaman penyebaran virus corona gelombang kedua. Ditambah lagi, perlambatan ekonomi global juga akan semakin mengokohkan harga emas dalam tren positif.

“Dengan kondisi tersebut, tentu emiten logam emas merupakan emiten yang paling diuntungkan dengan kondisi saat ini. Sementara emiten logam industri, seperti tembaga dan nikel justru kebalikannya,” ujar Juan kepada Kontan.co.id, Jumat (3/7).

Di antara PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), Juan lebih menjagokan MDKA sebagai emiten yang paling diuntungkan dalam kondisi saat ini.

Sementara PT Vale Indonesia Tbk (INCO), dinilai Juan justru kurang diuntungkan dengan tengah tertekannya harga nikel saat ini.

“Dengan tren emas yang masih akan bagus, saya lebih menjagokan MDKA dibanding ANTM. Hal ini dikarenakan 60% pendapatan MDKA kan dari penjualan emas. ANTM emang ada emasnya, namun 90% merupakan penjualan pihak ketiga atau ANTM hanya memberikan cap saja, sehingga marginnya relatif kecil,” jelas Juan.

Lebih lanjut, dari segi fundamental, MDKA juga dinilai Juan dalam kondisi yang baik saat ini. Dengan pendapatan utama berasal dari penjualan emas, tentu harga jual emas yang mengalami kenaikan menguntungkan MDKA.

Baca Juga: APRI: Jika tak dikelola dengan baik, pertambangan rakyat rawan disalahgunakan

Meski dari segi produksi emas MDKA mengalami penurunan, Juan menyebut dengan proses development yang masih terus jalan, secara long term hal tersebut juga menguntungkan MDKA.

Menurut Juan, 30% pendapatan MDKA yang berasal dari tembaga akan berpotensi menjadi sentimen pemberat bagi kinerja MDKA. Pasalnya, harga tembaga cukup tertekan seiring perekonomian yang melambat akan berdampak pada penurunan penggunaan tembaga.

Dengan pertimbangan tersebut, Juan pun merekomendasikan beli MDKA dengan target price Rp 1.660 per saham. Sementara analis Ciptadana Sekuritas Thomas Radityo juga merekomendasikan beli MDKA dengan target harga Rp 1.800 per saham.

“Selain outlook harga emas yang bagus, MDKA juga berhasil menandatangani perjanjian Pani Joint Venture dengan J Resources Asia Pasifik. Kami melihat hal ini sebagai proses yang signifikan bagi MDKA karena mereka berhasil mengeksekusi kesepakatan yang berpotensi menjadi salah satu projek yang terbaik pada saat ini,” tulis Thomas dalam risetnya pada 29 Mei 2020.

Adapun, komoditas logam industri sebagai kelompok yang tertekan sepanjang semester kemarin imbas corona, diperkirakan akan mengalami rebound dari segi harga pada semester dua mendatang.

Merujuk Bloomberg, dalam satu semester kemarin, harga tembaga mengalami koreksi 2,57%, timah terkoreksi 2,64%, dan nikel turun hingga 8,70%.

Baca Juga: Pernah Untung di Saham BUMI, Ini Strategi Investasi Saham Direktur KAYU Lie Kurniawan

Kendati demikian, Juan masih menilai INCO masih cukup punya prospek yang menarik meski harga nikel tengah tertekan. Pasalnya, diproyeksikan pada semester kedua ini, harga nikel akan recover.

Setali tiga uang, analis NH Korindo Sekuritas Meilki Darmawan juga menilai INCO punya prospek yang lebih baik pada tahun ini dibanding emiten logam industri lainnya, yakni PT Timah Tbk (TINS).

“INCO jadi emiten yang lebih menarik karena dari sisi demand industrinya yang lebih stabil. Selain itu, dari sisi kinerja keuangan, INCO juga punya tingkat efisiensi yang lebih baik di 1Q20 dibandingkan dengan TINS,” ujar Meilki.

Meilki pun merekomendasikan beli INCO dengan target price Rp 3.500 per saham hingga akhir tahun ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×