Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kecenderungan dollar Amerika Serikat (AS) yang menguat sebulan terakhir berpengaruh pada kinerja reksadana berbasis dollar yang memiliki portofolio pada saham dalam negeri. Wawan Hendrayana, Head of Investment Research Infovesta Utama menjelaskan, pada reksadana denominasi dollar yang menginvestasikan dana kelolaannya di aset dalam denominasi dollar berpotensi mendapat untung dari kurs.
Namun, bagi reksadana denominasi dollar AS yang menginvestasikan dana kelolaanya pada aset yang berada di Indonesia, seperti saham lokal bisa berpotensi kena rugi kurs karena dollar AS menguat dan rupiahnya melemah. "Di saat shifting dari rupiah ke dollar AS terkena potensi minus di situ," kata Wawan, Jumat (20/10).
Direktur Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo mengatakan, pada reksadana Bahana Syariah Global Emerging USD kinerja tidak terpengaruh perubahan nilai tukar terhadap rupiah. "Kinerja reksadana ini mengikuti indeks MSCI Syariah dan berbasis dollar," kata Soni, Kamis (19/10).
Soni menambahkan, kinerja reksadana ini tergantung pada kinerja perusahaan bukan terhadap nilai tukar. Menurut Soni, return reksadana syariah dollar Bahana saat ini masih menarik sekitar 10% dalam dollar AS. Soni mengekspektasikan return reksdana ini masih akan berkinerja baik sekitar 7%-8% untuk 2018. Sedangkan, pada akhir tahun diperkirakan return reksadana ini berkisar 9%-10%.
Steven Satya Yudha, Head of Sales and Distribution Ashmore Asset Management Indonesia mengatakan bahwa reksadana berdenominasi dollar memang selain memiliki risiko dari pasar modal, juga memiliki risiko dari kurs atau nilai tukar. Terutama pada reksadana dengan underlying asset pada saham lokal.
Rekasadana Ashmore Dana USD Equity Nusantara sejak diluncurkan pada Mei 2015 memiliki kinerja mencapai 17,6% per 30 September 2017. Kinerja tersebut berada di atas IHSG yang sebesar 10,1%.
Wawan memproyeksikan hingga akhir tahun reksadana denominasi dollar AS dengan jenis pendapatan tetap akan berkinerja cemerlang. "Reksadana yang investasi ke Indonesia akan bagus sekali karena suku bunga BI sedang turun," kata Wawan. Suku bunga rendah akan membuat harga obligasi naik.
Sementara bagi rekasadana denominasi dollar yang isi portofolionya ada pada saham luar negeri, seperti reksadana berjenis syariah global, kinerja reksadana ini diproyeksi juga akan baik karena rata-rata saham di AS sedang catatkan rekor.
Namun, bagi reksadana denominasi dollar yang investasi di saham lokal, ini berpotensi agak terkoreksi. Meski begitu, Wawan menganggap kenaikan dollar AS terhadap rupiah belum menguat signifikan, sehingga pengaruhnya juga belum signifikan terlihat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News