Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mengetatnya pasokan suplai batubara domestik di China diperkirakan menjadi salah satu penyebab naiknya harga batubara akhir-akhir ini. Analis Phillip Sekuritas Indonesia Michael Filbery menyebut, hal ini terjadi meski Negeri Panda tersebut telah merelaksasi kebijakan impor batubara.
Menipisnya suplai batubara domestik berimbas pada terbatasnya produksi listrik di China yang tidak dapat mengimbangi kebutuhan penggunaan listrik setempat. Hal ini membuat Pemerintah China melakukan pembatasan penggunaan listrik oleh pabrik-pabrik di luar jam kerja.
“Selain itu, permintaan terhadap listrik cenderung meningkat saat musim dingin dan menjelang perayaan Tahun Baru Imlek,” ujar Michael kepada Kontan.co.id, Selasa (12/1).
Baca Juga: Indika Energy (INDY) targetkan volume produksi 31,4 juta ton batubara di tahun 2021
Dia melanjutkan, tergerusnya supply batubara domestik akan mendorong peningkatan kuota impor China, sehingga dapat berimplikasi pada peningkatan harga seaborne coal.
Untuk diketahui, pada Senin (11/1) harga batubara ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman Maret 2021 berada di level US$ 85,3 per ton, dan menyentuh rekor tertinggi sejak Mei 2019, mengutip data Bloomberg.
Michael menilai, rata-rata harga batubara tahun ini diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan dengan harga rata-rata sepanjang tahun 2020. Jika benchmark (acuan) harga batubara sepanjang tahun lalu ada di level US$ 60 per ton, tahun ini Phillip Sekuritas Indonesia memperkirakan benchmark berada di level US$ 65 per ton.
Baca Juga: Harga komoditas energi hingga logam atraktif pekan ini, simak rekomendasi sahamnya
Adapun pemulihan perekonomian di China akan meningkatkan permintaan terhadap emas hitam tersebut. Lebih lanjut, tahun ini diperkirakan akan terjadi defisit stok batubara di China sehingga akan meningkatkan prospek impor batubara oleh China untuk menutupi defisit stok batubara dalam negeri.
Selanjutnya: Penjualan alat berat Hexindo Adiperkasa (HEXA) berpotensi naik 20%-30% di tahun ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News