Reporter: Oginawa R Prayogo | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) berusaha untuk melakukan efisiensi produksi nikelnya di Indonesia. Hal tersebut dilakukan guna menekan biaya produksi saat harga nikel turun seperti yang terjadi belakangan ini.
Febriany, Direktur Keuangan INCO menjelaskan, komponen terbesar dari biaya produksi adalah pengeluaran untuk bahan bakar minyak (BBM) dan pelumas. Porsi tersebut menghabiskan 39% dari biaya produksi.
"Kami ingin konversi yang tadinya BBM ke batubara. Selain itu juga mengurangi high sulphur fuel oil (HSFO) ke batubara," ujar Febriany, Selasa (26/11). Dia bilang selama ini komponen HSFO diimpor yang tentunya terbebani nilai tukar.
Keuntungan lain dari penggunaan batubara adalah, bisa dibeli dari dalam negeri, tepatnya di Kalimantan. Febriany bilang, saat konversi energi itu dilakukan, perseroan mencatat adanya penurunan biaya produksi.
Sebab, saat ini INCO sudah melakukan ujicoba untuk mesin pengeringan nikel yang menggunakan bahan bakar batubara. Rencananya, tahun depan perseroan akan mengoperasikan penuh mesin pengering berbahan batubara tersebut.
Total biaya produksi INCO di kuartal III 2013 tercatat senilai US$ 596.044. Dari jumlah itu, BBM dan pelumas mengambil porsi sebesar US$ 232.526. Kemudian bahan pembantu menghabiskan biaya US$ 101.316 dan biaya depresiasi, amortisasi dan deplesi sebesar US$ 82.066.
Febriany bilang, jika produksi tahun depan diasumsikan sama dengan produksi tahun ini, maka total biaya produksi tahun depan diyakini bisa dikurangi sebesar 5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News