Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Sebelum menggelar initial public offering (IPO), PT Eka Sari Lorena melakukan beberapa efisiensi, khususnya pada sisi kepegawaian. Manajemen mengurangi jumlah armada yang beroperasi pada segmen antar kota antar provinsi (AKAP).
Jadi, saat ini perusahaan menggabungkan penumpang pada trayek yang ada dalam satu lintasan. Alhasil, jumlah kru yang beroperasi berkurang, sehingga terjadi efisiensi pada premi dan bonus kru yang dibayar perusahaan. Jadi, biaya bahan bakar, suku cadang, gaji, upah, dan tunjangan awak armada bisa dikempiskan.
Setidaknya, strategi tersebut membuat beban pendapatan Lorena bisa terkikis dari Rp 99,6 miliar menjadi Rp 82,16 miliar. Kemudian, Eka Sari Lorena pun bisa membukukan kenaikan laba kotor sekitar 11,89% menjadi Rp 38,48 miliar.
Dwi Rianta Soerbakti, Senior Advisor Lorena beralasan, selain untuk mengejar margin, efisiensi tersebut juga dilakukan guna mengikuti perkembangan teknologi yang mendukung sektor transportasi. "Karena faktanya, kami enggak bisa lagi menghindari penggunaan teknologi untuk menunjang pertumbuhan masa mendatang," tambahnya, (20/3).
Memang, penggunaan teknologi saat ini mengambil peranan penting untuk efisiensi operasional perusahaan. Untuk kasus Lorena, manajemen bakal menggunakan teknologi e-commerce demi menggapai cakupan konsumen yang lebih luas tanpa menambah beban operasional khususnya gaji karyawan.
Dengan teknologi e-commerce tersebut, manajemen dapat menjual tiket secara elektronik kepada para konsumen. Untuk dunia penerbangan, layanan e-commerce sudah menjadi hal yang lumrah. Tapi untuk dunia transportasi darat, Dwi mengklaim bahwa Lorena merupakan perusahaan bus pertama yang memanfaatkan layanan ini.
Kedepannya, Lorena akan mengembangkan layanan yang menjadi keunggulan kompetitif perusahaan tersebut. Manajemen bakal menjangkau pasar ritel lebih luas dengan menjual tiket bus melalui mitra yang bekerjasama dengan doku.com. Informasi saja, ada sejumlah nama besar yang menjalin kemitraan dengan doku.com, salah satunya adalah Alfamart.
Dwi menambahkan, efisiensi yang dilakukan terhadap karyawannya tidak dalam jumlah yang signifikan. Manajemen hanya menyesuaikan porsi karyawan dengan mengurangi karyawan usia tua dan menambah karyawan usia muda.
Sebab, karyawan dengan usia yang lebih muda dianggap lebih melek teknologi. "Jadi, pada dasarnya ini lebih ke switching, bukan pengurangan karyawan, apalagi secara besar-besaran," pungkas Dwi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News