Reporter: Nur Qolbi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen tembakau iris PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) bakal memperluas pasar ekspornya ke India dan China. Sebagai informasi, perusahaan ini sudah mendistribusikan produknya ke kawasan Asia, seperti Malaysia, Singapura, dan Jepang dengan merek Pohon Sagu, Butterfly, dan Papillon.
Direktur Utama ITIC Djonny Saksono mengatakan, perluasan pasar ekspor tersebut akan dimulai tahun ini. Kedua negara tersebut dipilih karena memiliki jumlah penduduk yang besar dengan jumlah perokok terbesar di dunia.
Penduduk China misalnya, berdasarkan Worldometers berjumlah 1,4 miliar jiwa pada 2019. Jumlah ini setara 5,2 kali dari jumlah penduduk Indonesia yang sebesar 269 juta jiwa.
“Itu pasar yang sangat besar. Kami tak perlu garap semua, hanya 1%-2% dari pangsa pasar saja sudah sangat luar biasa,” ungkap Djonny saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (12/7).
Meskipun begitu, menurut Djonny, hasil signifikan dari pengembangan pasar ekspor ini baru akan berkontribusi positif dalam jangka panjang. Alasannya, pola bisnis rokok dan tembakau tidak seperti bisnis-bisnis lainnya.
Menurut dia, bisnis ini bersifat jangka panjang dan mendapatkan loyalitas konsumen adalah hal krusial. "Sehingga hasilnya secara signifikan baru akan berkontribusi positif pada masa mendatang," ucap dia.
Untuk itu, ITIC akan mencari mitra bisnis yang tepat untuk mengembangkan pasar di kedua negara tersebut. Bentuk kerja sama bisnis ini masih dalam proses peninjauan. Bisa saja berupa kerja sama pemasaran atau ITIC berperan sebagai penyuplai tembakau iris untuk mitra tersebut.
Pada 2018, dari Rp 134,51 miliar pendapatan bersih ITIC, pasar ekspor hanya menyumbang 1,5%, sedangkan lokal 98,5%. Untuk 2019, ITIC menargetkan pendapatannya bisa tumbuh 26,38%-33,81% secara tahunan menjadi Rp 170 miliar-Rp 180 miliar.
Untuk itu, ITIC menargetkan bisa memproduksi tembakau iris 2.000 ton-2.500 ton tahun ini. Jumlah tersebut meningkat dari produksi 2018 yang sebesar 1.950 ton.
ITIC juga menargetkan peningkatan laba bersih sebesar 25% pada tahun ini menjadi Rp 10,3 miliar. Pada 2018, ITIC membukukan laba bersih Rp 8,24 atau turun 4,95% dibanding 2017 yang sebesar Rp 8,67 miliar.
Alasannya, pada 2018, ITIC mengklaim telah berhasil menyasar pasar-pasar baru. Dengan begitu, perusahaan ini optimistis bisa menuai keuntungan pada 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News