Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Terdapat 10 emiten anggota Indeks Kompas100 yang mengalami tekanan harga saham paling dalam. Emiten tersebut bergerak di sektor industri dasar, media, poultry, perbankan, konstruksi dan pertambangan.
Berikut daftar harga saham yang mengalami tekanan, mulai dari yang terdalam sejak awal tahun hingga, Jumat (9/8).
Baca Juga: Laba tertekan, saham Medco Energi Internasional (MEDC) masih bisa jadi pilihan
1. PT Semen Baturaja Tbk (SMBR)
Emiten yang bergerak di sektor industri dasar ini mengalami tekanan harga 45,34% ytd, hinggap di level Rp 110 per saham. Adapun, kinerja keuangannya pada semester I-2019 membukukan pendapatan tumbuh 6% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (yoy) menjadi Rp 833,5 miliar.
Sementara itu, laba anjlok 69% ke level Rp 7,5 miliar. Terutama karena beban penjualan yang melesat 150,3%.
2. PT Matahari Department Store Tbk (LPPF)
Harga saham LPPF anjlok 41,61% sejak awal tahun ke level Rp 3.270. Adapun, kinerja keuangan LPPF menunjukkan penurunan pendapatan 0,67% yoy menjadi Rp 5,91 triliun. Penurunan tersebut diikuti oleh laba yang tertekan 13,42% menjadi Rp 1,16 triliun.
3. PT Bukit Asam Tbk (PTBA)
Emiten yang bergerak di pertambangan terutama batubara ini, harga sahamnya anjlok 40,93% ke level Rp 2.450. Hingga saat ini, PTBA belum mengeluarkan laporan keuangannya.
Namun perlu diketahui, harga batubara masih dibayangi penurunan. Meskipun harga acuan Agustus menunjukkan kenaikan 1,04% ke level US$ 72,67
Baca Juga: Mayoritas saham IDX BUMN20 diprediksi hadapi tantangan, begini rekomendasi analis
4. PT Indah Kiat Pulp and Paper (INKP)
Harga saham INKP turun 38,74% ke level Rp 7.075. Adapun, kinerja keuangan INKP menunjukkan pendapatan turun 5,42% yoy menjadi US$ 1,57 miliar. Penurunan ini ikut menekan laba bersih sebanyak 56,88% menjadi US$ 146,82 juta.
Penurunan laba terjadi karena naiknya beban pokok penjualan dan beban usaha masing-masing 15% yoy dan 12,45% yoy. Adapun beban pokok penjualan pada semester I-2019 tercatat US$ 1,15 miliar sedangkan beban usaha tercatat US$ 144,73 juta.
Baca Juga: Ikuti penurunan suku bunga BI, Bank BRI pangkas bunga kredit hingga 50 bps
5. PT Bank Danamon Tbk (BDMN)
Harga saham bank ini turun 34,21% ke level Rp 5.000. Menyimak kinerja keuangannya, perolehan laba bersih emiten ini anjlok sepanjang paruh pertama 2019. BDMN hanya membukukan laba bersih Rp 1,81 triliun.
Sementara itu total portofolio kredit dan trade finance kredit sepanjang semester I-2019 tumbuh 11% yoy menjadi Rp 148 triliun.
6. PT JAPFA Tbk (JPFA)
Harga saham emiten poultry ini turun 32,7% ke level Rp 1.610. Mengintip laporan keuangannya, JPFA membukukan penjualan bersih Rp 18,24 triliun, naik 9,22% yoy. Namun laba bersih emiten ini turun 25,17% yoy menjadi Rp 829,28 miliar.
7. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN)
Saham CPIN turun 32,18% menjadi Rp 4.900. Lantas, bagaimana kinerja keuangannya? Pada semester I-2019 CPIN membukukan pendapatan Rp 29,57 triliun, naik 15,46% yoy. Sayangnya laba CPIN turun 28,8% menjadi Rp 1,73 triliun.
Terutama karena beban pokok penjualan yang naik 24,07% menjadi Rp 25,93 triliun. Serta adanya kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar aset biologis sebesar Rp 14,45 miliar.
Baca Juga: Bank berlomba bikin platform digital wealth management
8. PT Surya Citra Media Tbk (SCMA)
Harga saham media ini turun 31,28% sejak awal tahun menjadi Rp 1.285. Mengintip kinerja keuangannya, SCMA membukukan pendapatan Rp 2,77 triliun. Jumlah tersebut naik 6,91%. Sayangnya, laba SCMA turun 7,34% menjadi Rp 782,48 miliar.
Baca Juga: Tak cuma Bank BRI, bunga kredit Bank Mandiri juga bakal turun
9. PT Totalindo Eka Persada (TOPS)
Harga saham TOPS turun 29,52% ytd ke level Rp 585. Kinerja keuangan emiten ini menunjukkan adanya penurunan pendapatan maupun laba. Pendapatan TOPS pada semester I-2019 turun 53,74% menjadi RP 386,2 miliar sedangkan labanya turun 3,71% menjadi Rp 60,4 miliar.
10. PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN)
Harga saham MAIN turun 27,6% ytd menjadi Rp 1.010. Adapun, dari sisi keuangan perusahaan, MAIN membukukan kenaikan pendapatan bersih sebesar 26,05% menjadi Rp 3,87 triliun. Sedangkan labanya turun 7,7% menjadi Rp 145,94 miliar.
Baca Juga: Ini cara Indosat (ISAT) bayar utang obligasi yang jatuh tempo pada September nanti
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News