Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Performa pasar obligasi membumbung tinggi meski dalam era kenaikan suku bunga. Inflasi yang dianggap sudah terkendali menjadi sentimen pendorongnya.
Mengutip data Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), kinerja pasar obligasi yang tercermin dari Indonesia Composite Bond Index (ICBI) menyentuh area 339,04 yang menjadi level tertinggi di sepanjang tahun ini.
Level tersebut berhasil menguat 0,29% dari penutupan sebelumnya. Secara year to date (ytd) ICBI sudah naik 1,85%.
Presiden dan CEO PT Pinnacle Persada Investama Guntur Putra menjelaskan, salah satu faktor penguatan tersebut adalah ekspektasi investor terhadap pasar yang lebih positif.
Baca Juga: Simpanan Valas di Perbankan Langka, Ini Penjelasan BI
"Hal itu melihat tingkat inflasi yang relatif di bawah kontrol dan lebih rendah dari perkiraan awal konsensus. Kondisi perekonomian Indonesia juga masih bisa ditangani dengan baik," ujar Guntur saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (23/11).
Guntur menambahkan, prospeknya pun masih cukup baik karena downside dinilai lebih terbatas. Walaupun masih bisa berfluktuasi, tapi potensi upside melebihi potensi downside dari sisi risk/reward ratio.
Hanya saja, dalam tren penguatan harga saat ini masih besar kemungkinan terjadi fluktuasi harga. Sebab, kondisi masih dalam ketidakpastian kenaikan suku bunga.
Dari sisi yield, Guntur memaparkan bahwa obligasi tenor 10 tahun Surat Utang Negara (SUN) sekarang sudah alami penurunan dari rekor sebelumnya yang sempat menembus level 7,5%. Hingga akhir tahun, yield tenor 10 tahun diproyeksikan bisa meningkat namun masih akan terjaga di kisaran 7,3%.
Baca Juga: Indeks Utama Wall Street Dibuka Menguat pada Hari Selasa (22/11)
Senior Vice President Head of Retail Product Research & Distribution Division Henan Putihrai (HP) Asset Management Reza Fahmi setuju bahwa pasar obligasi masih dibayangi tekanan suku bunga The Fed. Dimana, keputusan The Fed juga akan mempengaruhi kebijakan moneter Bank Indonesia (BI).
Performa harga obligasi diperkirakan masih bergerak terbatas, jikalau The Fed masih ingin menaikKan suku bunga. Namun jika inflasi AS sudah menurun sehingga skenario yang terjadi adalah menahan kenaikan suku bunga, maka akan memberikan dampak positif untuk obligasi.
Jadi kenaikan ICBI memang menandakan adanya sinyal positif. Tetapi sentimen yang ada saat ini masih banyak negatif.
"Kenaikan harga indeks obligasi tersebut utamanya karena faktor penurunan angka inflasi dari AS yang berdampak baik pula pada pasar surat utang tanah air," imbuh Reza kepada Kontan.co.id, Rabu (23/11).
Baca Juga: Kurs Rupiah Masih Akan Tertekan Hingga Akhir Tahun
Sementara faktor lain yang bisa membuat harga obligasi turun adalah tensi geopolitik Rusia-Ukraina yang belum kunjung usai. Memanasnya tensi politik tersebut membuat harga komoditas naik yang mengerek naik harga barang atau inflasi di seluruh dunia.
Reza menuturkan, Yield obligasi di pasar surat utang Indonesia diperkirakan masih akan bergerak dalam rentang yang terbatas di tengah berlanjutnya ketidakpastian global. Investor masih fokus terhadap langkah kebijakan moneter AS ke depan.
Masih tingginya tekanan terhadap nilai tukar rupiah seiring penguatan dollar AS terhadap mata uang global diperkirakan masih akan membatasi potensi penurunan yield di pasar surat utang Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News